Senin, 31 Januari 2011

catatan 10: pergolakan politik dan kejahatan

ckckckck..., saya cuma bisa berdecak sambil geleng-geleng kepala sewaktu melihat berita di TV tentang demonstrasi masyarakat mesir yg menuntut presiden untuk turun. Jika dilihat-lihat, kejadian di mesir itu hampir sama dengan peristiwa reformasi, saat lengsernya Pak Harto.

Hem... Sejujurnya saya cukup merinding dengan pergolakan politik semacam itu. Apalagi, jika terjadi aksi kekerasan, penjarahan, pencurian, itu membuat rakyat makin ketakutan saja. Namun, siapakah yang tahan dengan kemiskinan jika pejabatnya kaya? KKN merebak, harga pangan tinggi? Masyarakat yg diam pun akan berontak jika ketidakadilan terasa makin melebar.

Amat sangat menyakitkan saat melihat para pejabat cuek bebek dengan kondisi masyarakatnya. NGENES TENAN!! Kalau mereka yg kita pilih justru berbalik menikam, mendzalimi kita sendiri.

Mencerca, merutuki para pejabat yg bertindak dzalim tentulah wajar di kalangan kita. Namun kawan-kawan, renungkanlah kata-kata ini sejenak. 'TIDAK ADA ASAP KALAU TAK ADA APINYA'

Tahukah kalian, kalau masyarakat kita sendiri saling mendzalimi satu sama lain? Ada pedagang menipu pembelinya. Ada orang yg berhutang, tak mau mengembalikan hutangnya. Ada orangtua yg memukuli anaknya sampai tewas(contoh ekstrim). Ada pem-bom-an yg membunuh orang yg tidak tahu apa-apa.

Kawan-kawan, aku tak bermaksud membela siapapun. Yang kuinginkan adalah perenungan pada diri kita masing-masing supaya kita menjadi orang yang lebih baik.

Kedzaliman sebagian pejabat sekarang ini, segala ke-egoisan mereka, merupakan cerminan dari sebagian rakyatnya yg egois dan suka berbuat semena-mena. Sungguh menyakitkan mengatakan hal ini tetapi kenyataannya memang begitu. Coba saja, lihatlah berita dan cobalah meresapi gejolak sosial apa yg tengah melanda masyarakat kita.

-salam kedamaian-
cahaya senja

Sabtu, 15 Januari 2011

catatan 9: Kehidupan orang...

Beberapa waktu yang lalu, ada sebuah acara televisi menarik yang disiarkan di channel -sensor-. Acara itu berisi mengenai wawancara tentang kehidupan wong cilik di Jakarta. Waktu itu, yang diwawancarai adalah seorang Nenek yang telah tinggal lama di kolong jembatan bersama cucunya yang masih balita.
Sejujurnya..., hati ini merasa miris ketika melihat kehidupan itu. Apalagi ketika melihat beliau sehari-harinya makan dengan nasi aking. Cucunya yang masih kecil pun disuapi dengan nasi aking itu. Padahal... anak-anak se-usia anak itu membutuhkan gizi yang cukup untuk pertumbuhannya. Tinggal seorang diri di sana, ditinggal anak dan menantunya. Sungguh mengagumkan, sampai sekarang beliau masih tetap kuat dan tegar. Jika aku menjadi seperti beliau..., rasanya... pikiran ini tentu sudah terbolak-balik tidak karuan menghadapi kesulitan hidup semacam itu.
Hati hanya bisa merasa kasihan. Ingin menolong..., tapi saya bisa menolong apa? Kuliah belum lulus, uang juga masih tergantung Orangtua. Hmmm..., hanya bisa berangan-angan..., seandainya saya kaya.....ckckckckck
Tapi, yang saya pikirkan..., kenapa kok sampai ada Nenek-nenek yang tinggal di kolong jembatan itu, ya? Kenapa banyak sekali masyarakat Indonesia yang kemiskinannya sungguh... membuat hati miris? Padahal..., di Indonesia banyak orang kaya...!! Di Indonesia..., banyak juga badan-badan amal dan lagi... dinas perpajakan juga!! Ini aneh! Ini aneh! Ada yang salah di tempat ini sampai bayi pun harus memakan nasi basi!
Sungguh..., benar-benar membuat hati miris...