Kamis, 29 September 2011

Mengapa menulis?

Hai semuanya..., blog ini sepertinya sudah kutelantarkan selama berbulan-bulan alias nggak pernah keurus lagi sejak juni lalu. Yah..., lagi asyik-asyiknya sama kaskus dan dunia tuugas-tugas kuliah, jadi blog nggak terlalu diurus. hehehehehe....

catatan kali ini judulnya mengenai 'Mengapa Menulis?', berasa kayak judul buku aja atau nggak ya? Hmmm..., kayaknya dulu aku pernah nemu buku yang isinya tentang menulis buku itu menyenangkan, menulis itu nggak susah, dan lai-lain. (-___-"). Kalau aku sendiri..., jujur saja... aku nggak tahu menulis buku itu susah atau gampang. Karena..., bagiku... menulis yang menulis, nggak kupikirkan susah atau gampangnya (saking udah seneng sama pw sama hobi ini (^___^)). Mengapa menulis? Hmm..., mengapa ya? (malah balik tanya :nohope:---> salah satu emot kaskus :ngakak).
Aku mulai belajar menulis cerita sejak kelas 4 SD dulu. Waktu itu, cara penulisan ataupun pemilihan tokohku nggak seperti sekarang ini. Tahu tulisanku waktu SD dulu gimana? (jelas nggak tahulah! (--") gimana sih ni anak!). Waktu itu aku hanya menulis satu paragraf aja. Ceritanya pun tentang Pak Tani yang menangkap ikan di sungai, terus dapet ikan banyak banget, begitu pulang, ikannya langsung dikasih ke Bu Tangi terus beberapa di-bagiin ke tetangga. hahahaha..., singkat, pata dan jelas, beda sama cerita bikinanku sekarang (-___-"). Ada lagi cerita tentang trenggiling sama semut (di-ilhami dari cerita-cerita fabel yang sering aku baca waktu kecil). Haiih..., dan satu cerita lagi tentang apa ya? ah... aku lupa.

Menginjak kelas 5 SD, iseng-iseng aku pernah nerbitin koran pagi kecil sendiri yang terbuat dari buku tulis biasa dan terdiri dari 2 halaman terus ku fotokopi lalu kujual sama teman-temanku. Hahahaha..., untung sama ruginya kok besar ruginya (-__-). Di koran pagi itu sendiri, aku buat cerita-ceria dengan gambar, terus... kubuat juga cerita-cerita lain. (penulisnya aku, editornya aku, terus yang jualan juga aku :ngakak). Menginjak kelas 6 SD, terinspirasi dari kawan-kawan yang mau pisah dan ngelanjutin ke SMP lain, aku buat cerita petualangan di sebuah buku yang biasanya buat buku arisan (-__-"), sekarang bukunya kayaknya masih ada di rak bukuku. Masuk SMP, cara penulisanku pun berkembang lagi.

Dari kelas 4 SD sampai kuliah seperti ini, udah berapa tahun ya aku menekuni ini? hmm..., mungkin ada sekitar sepuluh tahunan ata sebelas ya? he....

Menulis itu... gampang-gampang susah. Gampangnya..., saat kita tahu ada bayangan seperti apa cerita yang kita buat ini. (biasanya ane girang n bersemangat banget kalau ada ide muncul di kepala (--")) Susahnya... :D, banyak juga, hehehehe..., susahnya... kalau misalnya kita lagi menggali ide tulisan kita tapi otak kita lagi buntu untuk mengolahnya. Jadinya..., makin bingung apa yang mau ditulis. Setelah itu, kadang mengatur setting cerita atau yang lebih ribet lagi, dengan alur meloncat-loncat. (aku biasa menulis dengan alur seperti ini). ALur meloncat-loncat memang menarik tetapi, terkadang kalau kita lupa dengan apa yang kiat tulis sebelumnya, malah kadang enggak nyambung dengan yang kita tulis setelahnya (aku pernah mengalami hal seperti ini. Setelah dibaca ulang, rasanya janggal banget ceritanya -__-"). Lalu..., belum lagi kritikan dari orang-orang sekitar :malu:, mending kalau kritikannya membangun..., lhah ini... sering juga aku dapat kritikan tajam yang menjatuhkan :hammer: (kadang sedih tapi kadang juga harus tebal muka dari kritikan semacam itu :nohope:). Belum lagi kalau ditolak berkali-kali oleh penerbit :malu:, (kalau yang ini emang kudu tebal muka :D).

Seringkali aku juga ditanya, mengapa sih... kok aku suka nulis?

Bener-bener dah..., ini pertanyaan paling membingungkan yang harus kujawab. Mengapa aku suka nulis? aku juga nggak tahu kenapa. Aku hanya menyukainya, aku ngerasa senang waktu nulis, makanya... aku ngerasa enak-enak saja waktu nulis. Well..., kadang ada rasa sedih juga karena cerita ditolak oleh penerbit tetapi, itu bukan berarti harus putus asa dalam menulis :D. (aku berkali-kali mutung(marah) karena hal seperti ini tetapi balik lagi..., yah... berpikir positif dan lebih mengolah lagi cerita-cerita yang ingin disampaikan.). Yah..., bagi kalian yang suka nulis :D, asah terus kemampuan nulis dan kepekaan emosional kalian ya :D, siapa tahu... kelak... kalian jadi penulis buku yang bermanfaat bagi banyak orang :).

Ada seseorang yang mengatakan padaku seperti ini..., 'Tidak ada pelaut ulung yang datang dari laut yang tenang.'

aku rasa... kalian tahu maksud kata-kata di atas :D

Yah..., sekian catata singkat dariku. Malam semuanya :).

Salam Kedamaian,
-Cahaya Senja-

Kamis, 23 Juni 2011

catatan 19: Anjing Gila

Siang yang cerah sekaligus panas yang membakar. (-___-") udah sering merasakan panas, kalau pulang kampung malah jadinya kedingingan, hahahahah. Untuk yang menunggu mengenai lanjutan cerpennya, maaf ya, aku tunda dulu. Soalnya idenya mampet di pikiran (-___-"). Aih..., sekarang aku pengin cerita mengenai lingkungan tempatku tinggal. Aku menulis ini terinspirasi dari salah satu status fb temanku beberapa waktu yang lalu. wkwkwkwk...

Jadi begini..., aku tinggal di lingkungan perumahan. Bukan perumahan mewah sih (ngarepnya, hahaha..), hanya sekedar perumahan biasa (^___^) tapi cukup tenang dan seringnya.... sepi! :nohope: Andai aja di blog juga ada emot kaskus, :mewek, :hammer:. Nah..., salah seorang tetangga berlainan gang memelihara seekor anjing. Aku nggak tahu jenisnya sih, tapi... anjing ini kecil dan warnanya hitam, seringnya dipanggil Bleki. :ngakaks Namanya mirip sama nama anjing tetanggaku yang dulu. Bedanya cuma di awal doang, dia Bleki, yang dekat rumahku Pleki. Kok pada suka yang berakhiran Ki ya? :bingung:

Nah..., Si Bleki ini... paling membuat takut, istilah kerennya parno :nohope:, beberpaa mbak kosku. Aku... sendiri sebetulnya nggak terlalu takut (Soalnya waktu SD sering banget ngejekin anjing tetangga sebelah rumah. -___-" kurang kerjaan banget pas aku kecil dulu.), tapi berhubungan mereka selalu bikin aku kaget dan menghindar dari Bleki, akhirnya aku jadi ikutan takut juga. :hammer: Takut dikejar n digigit maksudnya.

Gara-gara itu tiap kali lewat depan rumah orang melihara Bleki, perasaan waswas selalu menghantui. Pernah aku lewat sana malam-malam, si Bleki bernyanyi riang eh... maksudnya menyalak ringan, langsung ngibrit sampe diketawain orang (orang apa orang ya? :bingung:). Pernah juga dengar suara derap kaki kecil, Aku kira itu Bleki yang malem-malem keluyuran trus keluar dari kandangnya trus sedang mengejar mangsa, nggak tahunya cuma suara rantai sepeda, orang yang baru aja lewat. Jiah...!! :nohope:, padahal aku udah siap-siap mau lari, nggak tahunya cuma salah mbedain suaranya aja.

Berdasarkan status fb teman dan pengalamanku waktu kecil dulu, ah... bukan berdasarkan ding, soalnya tuh status udah berbulan-bulan yang lalu. Sekedar saran untuk pembaca yang ingin menghindari kejaran anjing adalah
1. Lari
2. Nggak bisa lari? Paksain Lari dong! :ngakaks
3. Kalau nggak bisa dipaksain lagi, nunggu si empunya anjing manggil tuh anjing supaya nggak nggigiit kita. -___-" (tapi kalau nunggunya kelamaan yah... sama aja korban gigitan.)

Sekian, (^___^)
Cahaya Senja

Selasa, 03 Mei 2011

Catatan 18: Ngelantur (-___-")

Hai semuanya.... (^___^),
Lama nggak nulis di sini. Terakhir kali nulis kalau nggak salah hari Rabu. Hahahaha..., gara-gara kecanduan ngaskus akhir-akhir ini, blogku jadi nggak keurus kayak gini. (-___-"). Bagaimana kabar kalian? Sehatkah? Semoga sehat-sehat saja dan diterima amal ibadahnya di sisiNYA -ups...!! hehehe..., bercanda :Peace:-

Sesuai dengan judulnya, kira-kira aku pengin nulis apa yang kupikirkan di sini dengan bahasa yang...... ngelantur (-___-").

Pertama-tama, aku teringat ketika di rumahku mati lampu. Hmmm...., ini mah... gara-gara sambungan listriknya yang kagak beres. ALhamdulillah sekarang udah dibenerin. Pada waktu itu, posisi di malam hari. AKu sama seorang mbak kost-ku di rumah. Hujan pun turun. Akhirnya..., aku nitip makan dah ama mbak kost-ku yang lain. Jiah..., buat ngeramein suasana malam di kost yang sepi, aku nyetel MP3 keras-keras dan lagunya.... macem-macem sih. ADa lagu india, jepang, korea, rohani, inggris, dan lain-lain (saking banyaknya). Nah..., sewaktu itu, kira-kira saya ngikuti lagu apa, ya? -hem... mikir dulu-. Ah... kagak ingat saya. Nah..., saya terus nyanyi-nyanyi juga dengan pedenya sekalipun suara saya ini..... pas-pasan (-___-"). Akhirnya..., tanpa memperdulikan suara dengungan nyamuk yang ada di sekitar saya, saya pun mengikuti irama lagu tersebut sampai pada batas... ada seekor nyamuk masuk ke dalam mulut saya.

"Aih...!!!" Saya langsung tersedak seketika. Ckckckck...T___T", nasib sial! Penginnya nyanyi malah kesedak nyamuk. Mana tuh nyamuk susah dikeluarin dari tenggorokan lagi. Mbak kostku malah ketawa aja ngeliat aku terbatuk-batuk gara-gara keselek nyamuk.

Ada pelajaran yang bisa saya mabil dari sini:
1. kalau nyanyi, pastikan di sekitar saya tidak banyak nyamuk. Apalagi kalau mati lampu. Supaya... kagak keselek nyamuk lagi. -___-"
2. Jangan buka mulut terlalu lebar supaya nyamuk kagak terbang ke dalam mulut.
3. Ane kapok... nyanyi-nyanyi lagi pas mati lampu. T___T

Melantur membuat pembicaraan menjadi semakin tidak jelas dan memusingkan kepala yang udah pusing. Disarankan, jika anda tengah mengalami demam ngelantur kuadrat untuk diam sejenak dan.... Tidur?? Aih..., ngomong mulai tidak jelas.

Tanya kenapa??

Rabu, 27 April 2011

Catatan 17: Langitku

Aku tak bisa berucap, hanya termenung dan terdiam. Denting kecil itu terdengar samar di telinga, membuatku ingin memejamkan mata dan terlelap di dekatnya. Ah..., denting tiba-tiba terhenti. Aku mengangkat kepala dan memandang sekeliling. Sepi, sunyi, semua terasa gelap. Di mana suara itu? Kenapa suara itu menghilang?

Ah... semuanya kembali terasa hambar. Sepi, senyap, tak ada rasa. Rumit! Berkembang menjadi rumit atau... aku sendiri 'kah yang membuatnya menjadi rumit? Aku... tak mengerti. Denting itu... aku ingin mendengarnya kembali. Aku ingin terlelap bersamanya. Ya... satu-satunya yang bisa kulakukan hanyalah terlelap dalam kehidupan yang kadang membuatku merasa jenuh.

Langit... mengapa kau begitu sulit untuk kugapai? Mengapa kau begitu sulit untuk kucari? Banyak hal telah berlalu dan kau tak kunjung muncul di hadapanku. Tak tahukah kau... itu benar-benar menyiksaku? Merindu tanpa sebab, benci tanpa diminta, mencintai... tanpa bayangan. Aku ingin bertemu tapi aku pun takut. Banyak sekali dalam pribadi ini yang sulit dipahami oleh banyak orang.

Denting... tidurkanlah aku. Lelapkan aku pada kesendirianku. Biarkan aku tenggelam dalam gelapnya malam yang menyesakkan. Jangan pernah bangunkan aku dari kesedihanku. Biarlah dia terlunta-lunta mencari bagian dari dirinya yang hilang dan biarkan potongan kecil ini terkubur dalam kesunyian.

Begitu banyak orang yang dengan mudahnya mengatakan cinta. Namun... diri ini tak sanggup mengatakannya pada langit. Tak terlihat tetapi terasa. Kesedihan ini meresap dalam sanubari yang paling dalam. Aku menunggumu. Bangunkan aku dari lelap yang menyedihkan ini. Pecahkanlah denting pelelap yang memisahkan kita.

Langit... tahukah kau... bagaimana hakikat cinta itu yang sebenarnya?
Langit... tahukah kau... seperti apa rasa rindu yang membuat leherku tercekik?

Aku menginginkan dirimu. Aku merindukanmu. Namun, aku tahu... waktu di depanku masih gelap. Siapa yang berdiri di depanku... masih tak terlihat. Lembaran itu masih kosong. Belum ada.. yang membantuku mengisi kekosongan itu bersama-sama. Ceritaku... pada denting waktu yang berjalan.

Sabtu, 09 April 2011

Kasus 1: Sekolah Mafia atau Mafia sekolah?

Bayu berkali-kali geleng-geleng kepala ketika menonton berita di televisi yang menceritakan tentang tawuran yang terjadi di sekolahnya pagi tadi. Sampai sekarang, dikatakan bahwa anak-anak pelaku tawuran tersebut belum tertangkap karena begitu gesitnya mereka kabur ketika polisi mendekati areal kerusuhan. Ibunya yang ikut menonton peristiwa ini hanya bisa ber-istigfar karena kelakuan anak-anak muda itu. Ayah Bayu, yang sedang tugas, sempat menelepon ke rumah dan menanyakan kabar Bayu. Pria itu kelihatan lega mendengar kabar bahwa anak sulungnya baik-baik saja dan dalam keadaan sehat wa'alfiat.

Enjih menutup HP-nya setelah mendengar ceramah panjang lebar dari ibunya. Bapaknya juga sempat sms supaya dirinya jangan keluar dari kompleks area perumahan TNI sampai mereka nanti datang menjemput. Kedua Orangtuanya benar-benar
takut terjadi sesuatu yang tidak-tidak jika Enjih berani keluar untuk saat ini. Situasi saat ini masih kurang menguntungkan untuk anak-anak dari sekolah Perketi Luhur (nama sekolah ini hanyalah fiktif belaka).

Budi baru saja selesai sms pada adik perempuannya untuk mengabari kepada Abah dan Emak kalau dirinya baik-baik saja. Lita, Rina, dan Edo juga kini bergabung bersama Enjih, Bayu dan Budi, satu jam setelah mereka dikabari untuk segera datang ke rumah Bayu.

Ketiga anak itu sudah berada lebih dulu di sekolah saat penyerangan berlangsung sehingga, ketika ketiga kawannya mengontak mereka untuk segera pergi dari sekolah, mereka bertiga langsung memutar otak supaya bisa keluar dari sekolah tanpa ketahuan oleh para penyarang. Akhirnya, dengan suatu kesulitan tingkat tinggi serta kemampuan yang benar-benar diusahakan, ketiganya meminjam kostum dari pihak teater dan pergi dari sekolah. Edo -> sebagai orang gila, Rina -> mahasiswa, dan... Lita -> preman nyasar (^__^"). Mereka bertiga betul-betul gugup dengan penyamaran mereka sendiri sekalipun alhamdulillah..., mereka bisa lolos dari kejaran para pelaku tawuran.

"Ah..., aku dapat alasannya...!!" seruan Edo membuat perhatian orang-orang yang ada di depan ruang TV beralih kepadanya. Kini, tinggal mereka berenam yang ada di ruangan itu. Ibu Bayu sudah beralih ke dapur untuk memasak. Adik-adik Bayu sendiri masih bersekolah.

"Alasan apa?" Lita menyerngitkan dahi, penasaran.
"Alasan siswa SMA AdiLuhung (ini juga nama fiktif) menyerang sekolah kita," Edo menunjukkan HPnya pada kawan-kawannya. Mereka berlima langsung mengerubungi pemuda itu dan satu per satu membaca sms di kota masuk HP Edo secara bergiliran.

"Aku punya kawan dekat di SMA AdiLuhung," Edo mulai menjelaskan bagaimana dia mendapat informasi ini. "Dia temanku di SD dan SMP. Katanya..., dia juga kaget ketika Gurunya memberitahukan pada mereka kalau ada beberapa kawan mereka yang menyerang SMA kita. Jujur, dia prihatin dengan peristiwa ini. Saat kutanyakan alasan kawan-kawannya menyerang kita, dia menjawab kalau itu karena mantan pacar pimpinan Geng Kapak Hitam (Nama yang di-ilhami dari geng Kapak merah (-__-")) direbut oleh salah satu siswa kelas XII sekolah kita. Entah namanya siapa. Nah, merasa tidak terima, harga dirinya terenggut atau apalah, karena si ketua geng pengin balikan dengan mantannya, makanya... tawuran ini terjadi."

"Hanya karena itu...!!!" Rina ternganga mendengar penjelasan rincinya.
"Ya Tuhan...!!! Waktu yang bisa dipakai untuk menuntut ilmu jadi terbuang gara-gara masalah seperti itu...!!!" Enjih kembali mengumpat. "Duh Gusti....!!! Paringano bedil...!! Rasane pengin nembak bocah-bocah kuwi...!!" pemuda itu mengumpat lagi, marah-marah.
"AKu tak habis mengerti..., kenapa mereka menyerang kita hanya karena masalah ini," Lita geleng-geleng kepala. "Mereka itu sebenarnya niat sekolah atau cuma mau pamer kekuatan saja?" ia juga ikut-ikutan mengumpat.

Edo cuma bisa mengangkat kedua bahunya. Pikirannya juga sama seperti kawan-kawannya. Ia tak habis mengerti..., mengapa mereka tega menyerang sekolah mereka? Hanya karena satu orang yang mereka incar, hampir seluruh anak-anak di sekolah Pekerti Luhur kena batunya.

Bayu diam. Ia terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Gimana nih, Yu?" Enjih menatap kawannya dengan tatapan ingin balas dendam. "Rasanya..., aku pengin memukuli mereka satu per satu." Ia kelihatan tidak sabar untuk melampiaskan amarahnya pada kawanan berandalan kecil itu.
"Tenang dulu, Njih," Bayu melirik kawannya. "Kalau kita menyerang mereka dengan cara yang sama seperti mereka, itu membuat kita sama rendahnya seperti mereka." Ia menarik nafas dalam-dalam. Aura kepemimpinannya menguat. "Aku ada ide untuk memberi 'pelajaran' terhadap mereka." seringai senyuman sinis terbentuk di wajahnya yang terlihat ramah.

"Wah..., kami jadi tidak sabar mendengarkan rencananya, Ndan," Budi ikut-ikutan tersenyum. Kalau Bayu sudah menampilkan senyum tersinisnya seperti ini, itu berarti... dia punya ide cemerlang untuk pemecahan masalah mereka.
"Oke, Ndan! Kita siap bekerja kok!" tutur Edo bersemangat. Ia kelihatan tidak sabar untuk memulai aksinya.

Bayu tetap tersenyum. Ia menepuk bahu kanan Enjih. "Tapi... kita tidak bisa bekerja sendirian," terangnya. "Kita... butuh bantuan 'beberapa pihak'."

Bersambung....

Senin, 04 April 2011

Kasus 1: Sekolahan...

Berkali-kali Enjih menguap pelan saat berjalan malas menuju sekolahannya di ujung kampung sana. Pemuda itu masih terlihat mengantuk. Hmm..., efek gara-gara main game semalaman dengan adiknya (-__-"), akhirnya... dia jadi ogah-ogahan berangkat ke sekolah seperti ini. Sekali-kali, dia juga menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sepertinya..., kedua matanya juga masih berat buat diajak menuntut ilmu bareng-bareng. Wah..., siraman air dari Ibunya rupanya kurang tuh :D. Hehehehe..., nggak bangun-bangun juga padahal alarm sholat subuh udah berbunyi berkali-kali, si Ibu pun ambil segayung air kemudian menyiram Enjih supaya tuh anak bangun sampai-sampai..., tuh anak megap-megap sambil teriak-teriak kebanjiran gara-gara kaget. (^0^) (salah satu cara yang dilakukan orangtua kalau anaknya bangun kesiangan -__-").

Sebuah tepukan keras di bahu membuat Enjih meringis. Pemuda itu menoleh ke samping kanannya dan ternyata si Budi sama Bayu udah berada di sampingnya.

"Kenapa kamu? Kelihatan males banget?" Budi menyerngitkan dahi melihat Enjih kembali menguap.

"Semalam aku main game bersama adikku," jawab Enjih. "Sampe jam 1 pagi."

"Kalau Ibuku tahu jam 1 aku belum tidur, sangat diyakinkan kalau esoknya, peralatan gameku bakal disita," timpal Bayu.

"Makanya..., jangan sampai tahu, dong," balas Enjih datar.

"Sudah ngerjain Tugas Matematika?" Budi kembali bertanya.

Enjih mengangguk pelan. "Pagi tadi."

"Hei..., semangat dikit, dong," Budi menyenggol lengan kanannya. "Masa' kamu mau
ngantuk seperti ini terus dari pagi sampai siang."

Enjih diam, tidak menanggapi. Kalau lagi bad mood seperti ini dia memang lebih suka diam, tanpa berkata-kata. Sebentar lagi mereka sampai di tikungan kemudian jalan besar. Menyeberang, sampailah mereka di sekolah. Namun, pandangan ketiga pemuda itu berubah menjadi heran melihat sekawanan anak-anak berseragam seperti mereka, lari terburu-buru, menjauh dari sekolah. Beberapa mobil, motor, serta orang-orang juga terlihat sibuk berbalik arah.

"Hei...!! Hei...!! Ada apa ini?" Bayu menghentikan salah satu dari anak-anak itu. Dari bet yang dijahit di lengan kanannya, Bayu tahu kalau mereka siswa kelas satu.

"Anu..., Kak..., mending Kakak bertiga cepat pergi...!!" jawabnya terburu-buru dengan badan gemetaran. "Sekolah diserang...!! Tawuran, Kak...!! Tawuran...!!" setelah berkata seperti itu, dia buru-buru pergi menyelematkan diri bersama kawan-kawannya.

"Tawuran?" Budi menyerngitkan dahinya. Masa' sih?, pemuda itu berlari kecil, menuju ke tikungan untuk melihat kondisi yang sebenarnya. Begitu melihat di ujung gang sana, ekspresi wajah Budi berubah menjadi ketakutan. Siswa dari sekolah lain tengah menyerbu sekolah mereka, menyerang anak-anak sekolah dengan batu. Beberapa siswa dari sekolah Budi juga mengadakan perlawanan. Mereka balik menyerang.

Beberapa di antara siswa dari sekolah lain melihat Budi tengah memandangi mereka. lima dari gerombolan siswa penyerang itu berteriak, menunjuk ke arah Budi. Pemuda itu gelagapan ketika siswa-siswa itu mengejarnya sambil membawa senjata tajam. Dia langsung memberi isyarat pada kawan-kawannya untuk lari. Pertamanya, Bayu dan Enjih masih biasa saja ketika melihat Budi berlari ke arah mereka. Namun, begitu melihat para pengejar Budi, nyali keduanya langsung menciut. Serta merta, mereka bertiga lari tunggang -langgang menyelamatkan diri.

"Ke mana kita pergi?!" seru Budi dengan wajah pucat pasi. Dia membayangkan kalau dirinya bakal babak-beluk dihajar habis-habisan oleh para berandalan sekolah itu. Apalagi... mereka membawa senjata tajam. Bisa mati dia!!!

"Ke rumahku saja...!!!" seru Bayu lantang. "Mereka tidak akan berani masuk ke kompleks perumahan TNI...!!!" Ia makin mempercepat larinya. Hmmm..., rupanya latihan fisik yang sellau ditekankan Ayahnya setiap pagi berguna juga.

Mereka bertiga terus dan terus berlari sampai akhirnya tiba di gerbang kompleks perumahan TNI. Begitu masuk ke dalam, para pengejar langsung berhenti mengejar mereka. Kelima berandalan itu terlihat takut begitu melihat simbol-simbol TNI di kawasan perumahan itu. Haaa..., memangnya mereka mau dihukum oleh bapak-bapak anggota TNI?? Menghajar anak-anak itu di sana sama saja mereka cari mati!! Setelah berunding sejenak, kelimanya memutuskan kembali bergabung bersama kawan-kawan mereka.

Sementara itu, Budi dan kedua temannya masih terus berlari sampai akhirnya mereka tiba di titik yang dianggap aman. Beberapa Ibu-Ibu yang sedang menyapu halaman, menyerngitkan dahi melihat anak-anak berseragam itu berlari ngos-ngosan macam itu. Beberapa bapak-bapak anggota TNI juga sepertinya keheranan melihat mereka.

"HISH...!!" Enjih mengumpat kesal. "Siapa sih mereka...?! Berani-beraninya mereka menyerang sekolah kita...?!" gerutunya sebal. Ia bisa menjamin, sekolah hari ini pasti diliburkan.

Budi berusaha mengatur pernafasannya. "Dari atribut seragam mereka..., aku rasa... mereka siswa..."

"Mereka bukan siswa," potong Bayu sengit. "Mereka itu berandalan tidak tahu aturan yang tidak punya peradaban...!!" gerutunya marah.

Budia diam sejenak. Ia membiarkan kedua kawannya marah-marah terlebih dahulu. Setelah keduanya lumayan tenang, baru Budi melanjutkan kata-katanya kembali. "Mereka sepertinya dari SMA XXXX. Aku kenal baik atribut seragam mereka."

"Ya Tuhan...!!" keluh Enjih kesal. "Apalagi yang mereka ributkan dari kita?" gigi-giginya bergemelutuk keras.

Budi mengangkat bahu, tidak tahu.

"Aku rasa..., kita harus cari tahu tentang masalah ini," tukas Bayu. "Bagaimana kalau sekarang juga kita berkumpul? Coba sms Rina, Edo, dan juga Lita. Minta mereka untuk datang ke rumahku secepat mungkin." perintahnya dengan logat yang khas.

Budi dan Enjih mengangguk mematuhi.

Bersambung....

Selasa, 29 Maret 2011

Catatan 16: Ibu Oh Ibu...

Kasih Ibu... terhadap beta...
tak terhingga sepanjang masa...
Hanya memberi...
tak harap kembali...
Bagai Sang Surya menyinari dunia...


Ibuku... merupakan orang yang keras tetapi... dia adalah seorang wanita yang sangat baik. Aku tak ingat berapa kali kenakalan yang kubuat hingga merepotkannya tetapi..., beliau selalu saja memaafkanku.

Jadi ingin mengenang masa kecil... (^___^), kawan-kawan ingat dengan masa kecil dulu tidak? Hahahaha..., saya ingin bercerita sedikit mengenai masa kecil saya. Tapi... jangan ditertawakan ya :)

Kalau tidak salah..., saat itu saya kelas 3 SD. Pernah..., suatu ketika saya ijin dari sekolah karena sakit. Namun, begitu sampai di rumah, perasaan saya ngganjel mengingat mata pelajaran IPA pada waktu itu. Akhirnya..., dengan badan meriang, saya pun praktek sendiri di rumah, membuat kapal Apollo (itutuh... yang dibuat dari plastik yang diisi air sabun). Waktu itu, saya asyik saja bermain air sampai Ibu saya pulang dari kantor. (Ibu saya seorang pekerja). Begitu melihat saya bermain air, wahhh..., Ibu saya langsung teriak dan marah-marah pada saya. Hmmm, saya nggak terlalu ingat bagaimana tanggapan saya atas kemarahan Ibu saya tetapi, setelah itu Ibuku menyuruhku untuk tidur.

Pernah juga..., saya disuruh untuk menghafalkan rumus matematika. Karena dasarnya nggak suka, saya pun nggak memperhatikan apa yang diajarkan Ibu saya (beliau lulusan tehknik sipil. Jadi... matematikanya lumayan kuat begitu (-___-")). Saya maish ingat dengan jelas... kalau Ibu saya langsung marah sampai membuat saya ketakutan.

Hahahaha. Dasar bocah! (-___-") yang diingat dari Ibu kok pas marah-marahnya melulu. Yah..., mau gimana lagi, ingatan yang paling kuat memang pas Ibu marah-marah kok.

Saat aku kecil, aku tak paham mengapa Ibuku sering marah-marah padaku kemudian memaksaku dengan apa yang tidak aku sukai. (Dulu saya sering dipaksa untuk makan karena paling susah buat makan. Selalu, setiap pulang kantor pasti Ibu saya bertanya, "Sudah makan belum?"). Sekarang..., saya memahami, mengapa Ibu berbuat seperti itu. Saat sakit lalu saya bermain air, Ibu khawatir kalau demam saya semakin tinggi (lha wong dolanan banyu wae 'o...). Saat saya tak hafal rumus matematika, Ibu takut kalau kelak saya tinggal kelas karena tidak menguasai pelajaran tersebut. Lalu..., ketika beliau memaksa saya untuk makan apa yang kadang tidak saya sukai..., Ibu hanya ingin memastikan... apakah gizi saya cukup atau tidak?

Ibuku memang bukan manusia yang sempurna, beliau memiliki kelebihan dan kekurangan. Sampai sekarang pun..., Ibu sangat memperhatikanku. Entah apa yang aku makan ataupun apa yang aku pakai. Apakah di kos-kosan tidurku cukup atau tidak? Karena itu..., berita di televisi baru-baru ini mengenai Ibu kandung yang tega membunuh anaknya sendiri, jujur...!! hal itu membuat saya kaget. Bagaimana bisa seorang Ibu melakukan hal itu terhadap darah dagingnya, buah hatinya sendiri?! -geleng2 kepala-

Kawan-kawanku yang kelak akan menjadi seorang Ibu, kalian merupakan guru bagi pemimpin-pemimpin kecil masa depan. Jangan sia-siakan waktu kalian untuk hal-hal yang merusak kalian maupun si kecil dalam rahim kalian. DI tangan kalian, penerus bangsa akan lahir. Jika kalian menyayangi diri kalian sendiri, aku rasa... kalian pun menyayangi si kecil manis yang tumbuh di dalam diri kalian.

Maafkan anakmu yang sering merepotkanmu ini, Bu. :'(
Salam
-Cahaya Senja-

Sabtu, 19 Maret 2011

Angin Tak Patah Semangat

Bayu mondar-mandir di halaman belakang rumahnya. Pemuda cepak berkaos biru dengan celana panjang warna hitam itu beberapa kali menge-cek makanan serta minuman yang tersaji di atas meja panjang. Hmmm..., es teh, ada. biskuit, ada. trus..., tempe gembus, ada. Setelah itu..., jeruk sama pisang, juga ada. Oke... oke..., sekarang dia nggak perlu resah karena semua makanan kesukaan beberapa kawannya sudah siap. Ehm..., lalu apalagi, ya? Oh, ya..., buku catatan sama perlatan nulisnya juga udah. Sekarang..., Bayu berhenti mondar-mandir. Ia diam, berpikir. Adik perempuannya, Nia, yang umurnya baru 10 tahun, cuma menatapnya dengan tatapan heran. Mungkin.., yang ada di pikirannya adalah... 'Kakaknya ini ngapain, sih? Dari tadi kok mondar-mandir mulu?' (^___^")

"Ting... Tong...!!!"
terdengar bunyi bel di luar rumah. Bayu langsung sigap. Ia berlari ke halaman samping rumahnya sampai membuat Nia kaget.
Pemuda itu tampak cekatan membuka pintu pagar halaman samping rumah yang langsung menembus halaman depan rumah (hayo..., kira-kira bisa membayangkan desain rumahnya apa nggak? (^___^)).

Wajahnya kelihatan sumringah ketika melihat Budi, Enjih, dan Rina sudah tiba lebih dulu. "Dari tadi aku nungguin kalian lho," ia tersenyum lebar. Wajahnya jadi terlihat menyenangkan jika sedang tersenyum seperti ini.

"Ah...., Bayu kangen sama aku, ya?" Enjih berlari-lari ringan dengan 'gaya' menggodanya yang khas.

Ekspresi wajah Bayu langsung berubah. "Mau kukarungin? Di rumah kebetulan banyak karung beras kosong lho," ucapnya dengan nada serta mimik muka yang mengerikan.

Enjih langsung tertawa dan berhenti tepat didepan dengan Bayu. "Sabar, bro," Dia menepuk pundak pemuda itu kemudian berjabat tangan dengannya. "Aku 'kan cuma bercanda." Ia lalu menambahkan. "Lagian..., kamu 'kan udah tau gaya bercandaku." imbuhnya dengan nada centil.

Bayu langsung membanting keras-keras jabatan tangan Enjih sampai pemuda itu meringis sakit. Anak sulung dari empat bersaudara itu langsung 'ngamuk-ngamuk' nggak karuan. Enjih yang tadinya pengin ngerutuki kawannya malah tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi wajah Bayu yang jijay plus risih.

Budi dan Rani saling bertatapan. Keduanya terlihat ingi tertawa tapi takut Bayu makin marah-marah. Jujur saja..., lawakan Enjih pada Bayu sama sekali nggak berubah. Sekalipun Enjih tahu kalau kawannya ini nggak suka digodain seperti itu, tapi... dasarnya dia suka usil, tetep aja digodain seperti itu. (^___^")

"Kalian itu memang akrab sekali, ya. Aku jadi iri," giliran Budi yang meniru gaya Enjih tadi. Baru saja dia mau berlari kecil menghampiri Bayu tetapi dia langsung diam mematung di tempat gara-gara Bayu menatapnya dengan tatapan ingin membunuh.

Rina tertawa melihat keadaan ini. "Sudah, sudah. Kapan mau belajarnya kalau kalian dari tadi main melulu?"

"Salahkan dua unyil ini. Dari tadi mereka menggodaku melulu," ujar Bayu kesal.
"Ah..., kami 'kan cuma bercanda," tukas Budi dan Enjih bersamaan.

Bayu melotot ke arah mereka berdua.

"Oh, ya..., Lita dan Edo mana? Mereka belum datang?" Budi menatapnya.
"Baru kalian yang datang. Mungkin... mereka agak sedikit terlambat," jawab Bayu sambil memiting Enjih karena kawannya ini mulai merayu dia lagi. Enjih sendiri tertawa terpingkal-pingkal karena sikap Bayu.
"Hoooo..." Budi dan Rina ber-koor secara serempak.

Namun..., tak sampai lima menit. Kedua orang yang dibicarakan datang bersama sepeda mereka. Bayu terlihat senang karena kawan-kawannya telah berkumpul. Setelah ber-haha-hihi sejenak karena sudah lama tidak pernah bertemu (padahal..., mereka cuma nggak ketemuan selama seminggu!!) Keenam anak itu pun pergi menuju ke halaman belakang rumah Bayu yang luas. (Maklum..., halaman belakang rumah Bayu itu kebon luas yang ditanami berbagai macam pohon buah dan sayur-sayuran (^___^). Lebih enakan ngumpul di tempat itu daripada di tempat lain. Soalnya... anggaran terbatas).

Enjih berlari mendahului kawan-kawannya. Dia tampak paling senang sendiri karena tempe gembus kesukaannya sudah dihidangkan. Si Edo mengelus-elus perutnya. Perutnya udah lapar minta diisi buah atau roti. Lita sendiri kelihatan cerewet mengomentari keadaan si Budi yang dari dulu nggak pernah berubah, tetap ceking (kurus kering). Rina bercakap-cakap dengan Bayu, membicarakan masalah anggaran kelompok yang makin menipis.

Begitu mereka sampai di halaman belakang dan duduk di tempat masing-masing, mulailah mereka berdiskusi bersama sambil mecomot makanan yang ada di atas meja. Rina mengeluarkan notebooknya serta beberapa artikel yang sudah ia gunting. Lita mengambil pena serta buku catatannya. Edo, hmmm... yang ini juga jelas mengeluarkan laptop serta modemnya. Nah... mereka bertiga mulai sibuk merancang apa yang akan mereka rencanakan bersama si Bayu.

Lha..., Budi sama Enjih... (^___^")..., ehm... keduanya seperti penggembira aja dalam kelompok itu. Eits..., tapi jangan salah, mereka berdua itu justru punya 'tugas' yang paling penting, lho... (^___^), yaitu... 'petugas lapangan'. Hehehehe..., yang jelas bukan motongin rumput lho.

-> Next episode..., Kasus 1.

Kamis, 17 Maret 2011

Catatan 15: Keagungan Allah

Bumi indah yang tercipta dari Sang Maha Indah. Hutan-hutan nan hijau yang tercipta atas kemurahanNya. Gurun-gurun besar yang tercipta atas KuasaNya. Langit biru berimbang dengan Samudera yang biru. Di atas daratan serta di dalam lautan, keindahan desaiannya sungguh tak terucapkan. Hati hanya bisa berdecak kagum dan mulut hanya bisa memuji keagungan Sang Maha Suci.

KasihNya begitu besar, menyelimuti seluruh semesta raya. Setiap hewan yang hidup... telah diberi jatah kehidupannya masing-masing. Mulai dari semut yang suka bergotong-royong... sampai Gajah yang suka berkelompok. Sayangnya menaungi seluruh umat. Murkanya meliputi hamba-hambanya yang ingkar. Maafnya tersampaikan pada hambaNya yang benar-benar tulus untuk bertobat.

Tak ada satupun yang tak diketahui oleh Sang Maha Melihat lagi Maha Mendengar. Tak ada satu kesalahan yang luput dari PengawsanNya. Dia yang tidak pernah tidur. Dia yang maha Mencipta. Raja dari semua Raja. Sang Maha Agung yang kekuasaannya tidak terbatasa di langit maupun di Bumi. Sang Maha Pengasih... lagi Maha Lembut. Sang Maha Agung yang memiliki berbagai nama-nama yang indah. Tidak ada yang menyerupaiNya. Tidak ada pula yang mampu menyamaiNya.

Tuhan yang Maha Esa...
Hamba mohon, Naungilah kami dalam Rahmat dan kasihMu.
Tuhan yang Maha Pemurah...
Hamba mohon, Lancarkanlah Rezeki kami.
Tuhan yang Maha Pelindung...
Hamba mohon, Lindungilah kami dari segala kejahatan makhlukmu.

Kami hanyalah hamba-hambaMu yang sering melakukan kesalahan dan dosa. Ampunilah kami, Tuhan yang Maha Pengampun. Segala puja dan puji untukMu, Yaa Allah..., Tuhan yang maha Agung.

Jika kawan-kawan suka, mohon cendolnya. Tapi..., jika kawan-kawan tidak suka pada puisi saya, mohon jangan dibata (^___^). Hahahaha..., logat kaskus jadi masuk kemari juga. Tidak ada maksud SARA dalam puisi ini. Puisi ini khusus untuk kawan-kawan se-iman saya (^___^).

Salam
-Cahaya Senja-

Selasa, 15 Maret 2011

Harian 5: Semangat Baru...

Semester baru telah di depan mata. Sekarang..., saatnya merubah pikiran negatif menjadi positif. (ternyata... menganggur itu membawa otak ke arah hal-hal negatif melulu T__T). Mulai menyibukkan diri dengan tugas dan membaca (^___^). Kawan-kawanku yang juga udah pada masuk kuliah, semangat, ya...!! Sekalipun udah keluar dari kandang buaya dan masuk ke kandang macan, kita kudu tetep bisa meraih prestasi (T___T) (Aslinya saya nggak setuju dengan kata-kata saya sendiri. Terlalu nelangsa kalau udah keluar dari mulut buaya eh... malah masuk ke kandang macan. ^__^, salah ding. Ini kata-kata temen saya ding.)

Dan..., untuk melepaskan stress karena tugas udah diberikan di pertemuan awal (Ini yang paling mbuat kepala pusing) mari kita sama-sama nyanyi lagu berkabung, (lho... kamsudnya?) hehehehe..., pikiran saya semrawut..., makanya nulis yang nggak jelas seperti ini. Tapi..., yang jelas..., berusaha untuk tidak menyerah dengan keadaan saja. Ada jalan panjang menuju cita-cita yang dituju (^__^).

'Arus itu ada banyak. Terserah kalian mau memilih arus yang mana. Hanya saja..., tak selamanya Arus itu menuju ke tempat yang baik. Berhati-hatilah terhadap Arus yang membawamu kepada satu keadaan di mana kau akan diam.'

Salam,
Cahaya Senja

Jumat, 11 Maret 2011

episode 12: Diskusi 2

Sore ini..., saya dan kawan saya se-kos berleha-leha sejenak dari jadwal kuliah yang padat (Halah..., bo-ong, ding. Lha wong kuliahnya cuma nyampek siang. (-__-")) hehehe..., bercanda. (^___^). Nah..., ketika kami sedang asyik nonton film korea di salah satu televisi swasta, tak sengaja... kami memperbincangkan sesuatu yang lain dari biasanya. (^___^"?) hmmm??.Saya sendiri juga heran..., awalnya kita ngobrolin tentang apa, lha kok sekarang akhirnya tentang apa.

Jadi begini..., sewaktu kami membahas tentang film korea itu, entah kenapa... percakapan kami malah berbelok ke arah kebebasan beragama dalam msyarakat. Saya sampai bingung, topik ini kok bisa muncul dalam pembicaraan kami? (^___^"). Perlu saya jelaskan terlebih dahulu pada
para pembaca, bahwa saya tidak berniat untuk berdebat dalam masalah SARA kepada anda sekalian. Saya hanya berniat sharing kepada pembaca semua mengenai apa yang saya dikusikan dengan kawan saya ini. (^___^)

Saya seorang muslim sedangkan kawan saya ini adalah seorang nasrani. Saya akan menuliskan sebagian percakapan kami (yang agak samar-samar saya ingat).

Kawan Saya: "Kenapa, sih..., orang kok mesti menyalahkan agama atas kesalahan seseorang?" (menggerutu dan berkata dengan logat batak yang khas).

Saya: diam. Bingung. Lho..., kok tiba-tiba topik pembicaraannya berubah? kemudian, saya menimpali se-nyambung saya. "Yah... kebanyakan orang 'kan berpikir seperti itu. Karena..., agama 'kan identitas yang melekat pada diri seseorang." (tidak terlalu nyambung karena perhatian ada pada 2, TV dan kawan saya).

Kawan saya: "Iya..., tapi kita 'kan nggak bisa menghakimi setiap agama seperti itu. Yang jelas, setiap agama 'kan mengajarkan kebaikan. Yang jelek itu biasanya sifat orangnya. Jadi..., negatif atau positif agama tersebut di mata orang-orang ya... tergantung pemeluknya."

Saya: (manggut-manggut, setuju sama kata-katanya. kemudian saya menambahi kata-katanya). "Yah..., seperti apa yang ada dikatakan agamaku. Agamamu, agamamu. Agamaku, agamaku."

Di mana-mana, orang jahat itu banyak begitupula dengan orang baik. Karena sikap orang itulah, sesuatu bisa ber-label postif atau negatif (^___^).

Salam,
-Cahaya Senja-

Kamis, 10 Maret 2011

Si Pencari Data

Gadis berambut lurus sepunggung itu tampak asyik berada di depan layar komputernya. Beberapa kali dia tertawa kecil membaca pesan dari kawannya di dunia maya. Jari-jarinya tampak lincah mengetik huruf-huruf dari keyboard. Kedua matanya yang bulat dan berwarna hitam memandang layar tanpa berkedip sampe akhirnya... dia kepedesan sendiri.

free@book: "Hei..., sudah hampir jam setengah 4. Kamu tidak siap-siap pergi ke tempat temanmu?"
Tan_ti: "Eh..., iya, ya. Wah... padahal aku masih pengin ngomong banyak ma kamu :("

free@book: "Hahahaha..., :D udah..., sekarang siap-siap, gih. Ntar temenmu malah marah-marah karena kamunya telat."
Tan_ti: "Ah..., mereka marah udah wajar, kok. Lagipula, ada yang telatnya lebih parah dari aku."

free@book: "Siapa? Enjih?"
Tan_ti: "Bukan. Itu tuh..., si Budi."

free@book: "Temenmu yang bercita-cita jadi agen itu, ya?"
Tan_ti: "Iya. Agen nggak jels itu. Tp..., salut juga ma cita-citanya, sih. katanya..., dia pengin mbuka perusahaan yang membawahi banyak agen."

free@book: "Pffft..., wkwkwkw..., kau punya teman-teman yang unik, ya."
Tan_ti: "Saking uniknya, kami juga kadang-kadang nggak bisa nyambung satu sama lain. Eh..., udahan, ya. Aku mau pergi ke rumah Bayu."

free@book: "Oke, Non. Hati-hati, ya."
Tan_ti: "Iya, makasih :)."

"Huuft...," Lita menghela nafas panjang sambil mematikan aplikasi chattingnya. Setelah itu, ia men-shut down komputernya. Gadis yang sekelas dengan Bayu dan Enjih itu lalu mandi setelah itu ia memakai kaos putih lengan panjang yang dipadukan dengan rompi hitam dan celana panjang berwarna biru tua. Selesai bersiap-siap, ia pun keluar dari kamarnya.

"Ahh..." Lita bertemu dengan Ibunya di ruang tamu. "Ibu..., aku pergi ke rumah Bayu dulu, ya." pamitnya.

Wanita yang sedang asyik membaca majalah itu melirik ke arah Lita sedikit. Kemudian, ia membaca majalahnya lagi. Gadis itu terdiam melihat reaksi Ibunya. Dengan perasaan tak enak, ia melangkah gontai menuju garasi rumah dan mengambil sepedanya. Dikayuhnya sepeda warna hitam kinclong itu dengan enggan.

"Mengapa kau harus lahir...?! Mengapa kau harus memberi beban pada Ibu...!!"
Sorot matanya terlihat sedih mengingat kata-kata Ibunya beberapa waktu yang lalu itu.

Bukan keinginanku lahir dari rahim Ibu. Mengapa Ibu menyalahkan kelahiranku atas apa yang terjadi pada diri Ibu? Seandainya aku bisa memilih... aku pun juga tidak ingin lahir dalam keluarga seperti ini. klakson mobil di belakang membuatnya agak menepi ke jalan. Ibu... mengapa kau tak bisa menyayangiku?

Selasa, 08 Maret 2011

Catatan 14: Mari kita jalan-jalan ^___^

Sebelum pergi..., aku ingin membawa bekal dan minum dulu. Setelah itu..., aku akan mengambil uang di Atm. Kalian mau menunggu sebentar 'kan, sebelum kita pergi jalan-jalan?
***

Nah..., aku sudah membawa beberapa makanan ringan dan beberapa botol air mineral serta soda untuk perjalanan kita. Kira-kira, kalian keberatan tidak, berbagi tempat duduk untuk makanan ini? (hehehe..., habisnya..., bagasi mobil udah penuh dengan barang bawaan kalian).
***

Kawan..., hati-hati dalam mengemudinya, ya. Jalanan ramai nih. Kalau kita pada ngebut, ntar..., bisa-bisa nambah daftar kecelakaan lalu lintas di kantor polisi. (^___^")itu bukan hal yang kuharapkan. Eh..., eh...!! Awas!! di depan ada lubang!!
***

Hem..., setelah keluar dari jalanan yang penuh dengan lubang dan gelombang. Sekarang..., eh... malah ketemu sama persimpangan jalan yang membingungkan. (-__-"). Duh..., mau piknik aja kok kudu mesti melewati hal-hal merepotkan seperti ini sih. Nah..., kalian pilih yang mana? Yang jalannya lurus itu? Ataukah yang jalannya berkelok-kelok naik?
***

bingung... bingung... bingung... (T__T). Pilih jalan lurus yang kelihatannya mulus, lhah... tetap aja ketemu rintangan seperti lubang atau jalan amblas. Mau pilih jalan berkelok-kelok dan menanjak, kata orang... sekalipun mulus dan enak tetapi... banyak binatang buas dan kalau tidak hati-hati... bisa masuk jurang. (-__-"). Waduh..., pilihannya kok nggak enak banget ya? Bagaimana dengan kalian? Kalian pilih jalan yang mana?
***

Kawan... Yah... seperti itulah kehidupan. Saat kita milih satu jalan. Kita harus tanggung resikonya. Entah itu baik... atau buruk. Yang ingin saya tekankan di sini adalah... jika jalan lurus saja kita bisa terseok-seok saat melewatinya. Bagaimana dengan jalan yang penuh dengan belokan? (^__^). Aku rasa..., kawan-kawan tahu jawabannya...

Episode 11: Kabhi kushi kabhi gham

hehehehe..., pasti tau 'kan, kabhi kushi kabhi gham itu film apa? (^__^). Saya bukan maniak india tetapi... saya cukup menikmati film-film india yang ceritanya bagus. Salah satunya -menurut saya, lho- ya... Kabhi kushi kabhi gham ini. Secara garis besar, film ini menceritakan sebuah keluarga di India sana, yang mana... ini berkisah tentang hubungan anak dengan Orangtuanya. Ane pengin cerita panjang lebar tadpi... bingung mau nyeritain yang bagian mana. Soalnya..., nih film ceritanya daleeeeemmm... banget.

Waktu SD atau SMA dulu, aku sama sekali nggak terpengaruh saat nonton film ini. Namun..., sekarang, ketika udah lumayan besar sedikit, Aku baru bisa memahami isi film itu. Jujur saja..., aku sempet nangis ketika menonton akhir film itu. Isinya benar-benar sangat mengharukan dan membekas di dalam hati.

Satu hal yang saya ingat, setiap Orangtua... tentu menyayangi anaknya. Se-benci apapun atau se-marah apapun Orangtua terhadap kita, mereka pasti masih memiliki hati nurani untuk memaafkan serta menyayangi kita. Kecuali... mungkin Orangtua yang hati nuraninya sudah mati sehingga tega membunuh darah dagingnya sendiri (T___T").

Dari Orangtua saya, saya membuat satu kesimpulan entah kesimpulan ini bisa dipakai di banyak keluarga atau tidak, tetapi... yang jelas... "tidak ada orangtua yang ingin melihat anaknya menderita."

Orangtua kita... tega membuat dirinya lelah hanya untuk membelikan apa yang kita inginkan. Orangtua kita... tega membuang harga dirinya hanya untuk meminjam uang agar kita bisa bersekolah. Kadang... mereka memaksa kita untuk bersekolah di tempat pilihan mereka (Saya pernah mengalami hal ini (-__-") tetapi, di balik itu..., mereka berusaha melindungi kita di masa depan. Agar... ketika tak ada lagi tempat bergantung, kita bisa mandiri dan mereka bisa merasa tenang melihat kita mapan dengan sendirinya.

Salam,
-Cahaya Senja-

Sabtu, 26 Februari 2011

Harian 4: Pasang Muka Badak...

Ini pengalaman saya sendiri. Yah... terang-terangan, ini pengalaman yang memalukan, setengah memalukan atau... tidak sama sekali? Hmmm... kurang tahulah. Biar kalian aja yang menilainya. Begini nih ceritanya...
Waktu itu... saya balik ke kos-an. Yah... setelah pulang kampung kira-kira 2 mingguan, saya balik ke sana buat ngurus sesuatu di kampus. Nah..., salah satu akomodasi saya untuk pergi ke kampus adalah sepeda motor. Hmm... jadi... setelah dua minggu ditinggal pergi, ceritanya nih motor ngambek. Dia mogok, kagak mau di-stater.
Sampe kaki saya pegel gara-gara ngayuh terus pedal motor ini pun, tuh motor tetep aja kagak mau hidup. Weleh..., benar-benar deh..., dalem hati saya cukup ngedumel dengan kondisi motor yang mogok. Padahal, saya benar-benar membutuhkan bantuan akomodasi motor ini.
Yah..., sudahlah. Akhirnya, saya terpaksa nuntun motor mogok ini ke bengkel yang jaraknya 1 kilometeran dari kos-an. Ya Allah Gusti..., sepanjang perjalanan ane diliatin ma orang-orang, bahkan ada juga yang sempet senyum-senyum melihat penderitaanku. (Kok beberapa orang Indonesia bawaannya seneng ya, kalau liat orang lain susah?). Sumpah...!! Aku bener-bener malu. Dalam hati aku ngomel, 'Ada orang lagi kesusahan + keberatan nuntun motor (soalnya jalan nuju bengkelnya tuh agak nanjak), lha kok malah diketawain. Bukannya nolongin, senyam-senyum. Coba kamu ada di posisi ane...?!'
Hmm..., akhirnya..., dengan susah-payah sampe kehausan, saya berhasil menuntun motor itu ke bengkel. Tapi yang jelas, ada beberapa hal yang saya dapat dari kejadian ini:
1. Kudu sering manasin motor supaya kagak mogok.
2. Jangan pernah ngetawain orang yang menderita (T___T") (Ane kagak mau kena karma kalau lagi susah diketawain orang).huhuhuhu..., nasib... nasib...

catatan 13: Asa yang tetap merekah

Sebelumnya, saya ingin mengatakan, tidak ada maksud sara dalam tulisan kali ini (^___^). Ehm..., kali ini... saya ingin menuliskan mengenai beberapa Ayat Al Qur'an yang saya sukai. (Tidak ada maksud untuk mengotak-ngotakkan Al Qur'an dan tidak menerima perdebatan mengenai apa yang saya tulis ini). Ada juga tafsiran satu Ayat Al Qur'an yang benar-benar membuat saya merasa harus pantang menyerah. Namun..., saya lupa akan Surah dan ayatnya. Sekalipun begitu..., ini... ada beberapa ayat yang intinya juga membesarkan hati kita sebagai umat muslim...
"Katakanlah, "Wahai hamba-hambaKu yang melampui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang." (Az-Zumar, ayat 53)
"Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina-dina." (Al-Mu'min, ayat 60)
"Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia." (An-Nas, ayat 1-6)
Setelah itu..., ada juga ayat yang menerangkan mengenai balasan amal masing-masing (^___^)
"Dan kemudian dikatakan kepada orang yang bertakwa, "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Kebaikan." Bagi orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (balasan) yang baik. Dan sesungguhnya negeri akhirat pasti lebih baik. Dan itulah yang sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa."
"(yaitu) surga-surga 'Adn yang mereka masuki, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam (surga) itu mereka mendapat segala apa yang diinginkan. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang yang bertakwa."
"(yaitu) orang yang ketika diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik. mereka (para malaikat) mengatakan (kepada mereka), "Salamun 'alaikum, masuklah ke dalam surga karena apa yang telah kamu kerjakan." (An-Nahl, ayat 30-32)

Sekian dari saya dulu. Saya hanyalah manusia biasa yang bisa salah dan lupa. Mohon maaf jika ada yang tidak berkenan di hati. Saya hanya ingin sharing sekalian dengan saudara-saudara semua. Semoga... tulisan yang kecil ini bermanfaat bagi saya maupun anda, saudara se-imanku. (^___^)

Assalammu'alaikum, Cahaya Senja

Sang Penjelajah Maya

"Huft..!!" Seorang pemuda berkacamata menghela nafas panjang setelah mematikan laptop hitamnya. "Browsing hampir setengah hari penuh ternyata melelahkan juga..." Ia berdiri dari tempatnya duduk dan menggerak-gerakkan badannya. Terdengar bunyi 'kretek-kretek' dari tulangnya.
"Hmmm..., sebentar lagi waktunya kumpul, ya?" ia menggumam lagi sewaktu melihat jam dinding dalam kamarnya. "Siap-siap dulu, ah..." Pemuda berambut pendek itu (Hemm..., memang kebanyakan anak sekolah berambut pendek 'kan? Kalau berambut panjang, bisa-bisa urusan ma BK (-__-") waduuh...).
Seekor kucing putih melompat dari atas kasurnya dan pergi keluar sewaktu melihat majikannya hendak pergi keluar. Edo sendiri ngeloyor keluar dari kamarnya dan pergi ke kamar mandi, bersiap-siap pergi ke rumah Bayu. Tak lama setelah mandi, dia pun memakai pakaian kesukaannya. T-shirt putih lengan pendek dipadukan dengan jaket yang mirip rompi warna biru tua serta celana panjang yang warnanya sama seperti warna rompinya.
Pemuda itu memakai kacamatanya lagi. Sesudah selesai berdandan (bukan dandan ala cewek), Edo mengambil laptopnya dan memasukkannya ke dalam tas ranselnya. Setelah itu, tanpa ba bi bu be bo..., bocah itu berpamitan pada Orangtuanya, ambil sepeda di garasi rumah trus ngeloyor pergi. Kerpergiannya itu disambut suara eongan Whiter, nama kucingnya, di teras rumah. Sepertinya..., tuh kucing kelihatan kagak rela ditinggalin ma majikannya. Jangan-jangan... Edo lupa mberi dia makan, ya?
Dengan hati riang dan gembira, Edo mengayuh sepeda birunya yang bermerk -sensor-. Haaahh..., sore ini terasa begitu menyenangkan bagi dia, entah kenapa. Rasanya perasaannya begitu ringan dan senang. Yah..., maklumlah..., seharian setelah berkutat dengan yang namanya laptop trus sekarang pergi main ke tempat temannya, dia merasa memiliki kehidupan lain. Hahahaha...., perlu diketahui Edo ini sangat suka sekali browsing komputer. Aslinya dia kagak tahu apa-apa tentang komputer atau yang berhubungan dengan itu. Hanya saja..., dia suka sekali membaca-mbaca artikel baru di internet. Bagi dia..., banyak membaca, banyak rejeki (^___^). Lho..., salah... maksudnya banyak ilmu...
Edo... memiliki nama lengkap Satria Edo Wibawa. Anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya perempuan dan adiknya laki-laki. Suka sekali membaca sampai-sampai kalau di meja makan pun dia bawa buku (Itu sering membuat Ibunya marmos karena Edo jadi lelet makannya). Sekelas dengan Bayu, Budi, Rina, Enjih, dan Lita. Keahliannya sangat banyak dari doyan ngabisin jajanan orang lain, tahan depan komputer seharian, nyampek bergaya ala silat-silat nggak jelas dia juga bisa. (^___^). Tapi yang jelas... keahlian utamanya adalah berpikir soalnya... dia doyan banget yang namanya mecahin masalah sampai-sampai kalau nggak bisa nyelesain masalah, dia bisa mecahin gelas minumannya karena nggak konsen makan ama minum.

Jumat, 18 Februari 2011

catatan 12: Indonesia

Indah nian tanah airku yang tercinta
Negeri elok nan subur
Di antara dua samudera besar nan kaya
Oleh Sang Kuasa Alam
Negeri ini dikaruniai banyak permata tak ternilai
Enggan tuk menutup mata
Sesak tak menghirup segarnya udara di tempat ini
Indah tuk dikenang
Alam yang tak bisa dilupakan
Penilai hati yang Maha Indah
Ungkap jiwa-jiwa kosong di negeri ini
Singkap penutup mereka
Agar mereka sadar dan bertobat
Ketuk hati mereka Sang Maha Indah...
Agar mereka kembali ke jalan yang benar

Kamis, 17 Februari 2011

Si Pengelana Bebas

Sesosok Pemuda kurus, jangkung, serta berambut pendek (di sekolah nggak boleh berambut panjang), tampak santai tiduran di bangku taman sambil mendengarkan musik lewat Headsetnya. Kaki kirinya yang berada di atas kaki kanan, menghentak-hentak di udara. Bibirnya mengikuti lirik dari musik yang didengarnya sementara kedua tangannya bergerak-gerak di udara, mengikuti irama musik.

Beberapa orang yang lewat dan... ada beberapa juga yang sedang nongkrong di taman kelurahan, memandang pemuda berjaket hijau dan bercelana panjang biru itu dengan pandangan aneh. Mereka merasa heran, ada juga orang 'se-pede' itu di wilayah publik macam ini. (hmmm..., memang sih..., (^___^") dia cuek bebek dengan lalu-lalang orang-orang di taman kelurahan). Gayanya mirip seperti anak bebas yang nggak punya sopan santun. Tapi, sebenarnya...

Ponselnya berdering ringan. Nada dering smsnya.... Assalammu'alaikumnya opick?? Beberapa orang melongo mendengar itu. Sebentar, sebentar, mereka ini nggak salah denger 'kan? Pendengaran mereka masih bagus 'kan? Lho... tapi anak seperti itu, kok... punya lagi religius macam itu?? beberapa orang saling berpandangan dengan heran. Ah...!! Tau deh...

From: Bayu
'Enjih..., ntar jadi lho..., dateng ke rumahku jam empat sore. Awas kalau kamu nggak dateng! Besok di sekolah bakal aku cekokin sama tempe gembus pesenanmu!'


Enjih atau yang memiliki nama asli Adi Pratama Bimakusumo, terkekeh ringan membaca sms dari sahabatnya, Bayu. Dengan segera, dia membalas sms Bayu.

From: Enjih
'Hahahaha..., jadi tempe gembus pesenanku jadi dibeliin, toh? Wah..., oke2, ntar abis sholat ashar aku ke sana, deh. ^__^
Thanks, Bayu sayang.'


Enjih tertawa-tawa sambil duduk di bangku taman. Ia yakin, sahabatnya ini pasti marah-marah gara-gara dipanggil 'sayang'. Bayu pasti jijay plus merinding dengan kata-katanya itu. Tak berapa lama ponselnya berdering lagi.

From: Bayu
'PREEETTT...!! Risih aku, kamu panggil sayang-sayang. Mending si Juwita yang manggil aku sayang. Masih toleran. Kalau kamu, Hiiiii..... sumpah! Jijay banget!'


Enjih tertawa terpingkal-pingkal membaca balasan dari kawannya sampai-sampai beberapa orang memandangnya aneh. Sinting kali nih bocah?? Setelah itu..., Enjih mengambil tas selempangnya dan memakai sepasang sepatunya yang... kayaknya sudah dekil. (-___-"). Hmmm..., Orangtuanya udah sering berkoar-koar supaya sepatu itu dibuang tapi, Enjih nggak mau membuangnya, alesannya, itu sepatu yang paling dia... kasihi??

Enjih beranjak dari tempatnya duduk, menuju Masjid kompleks rumahnya untuk sholat Ashar berjama'ah. Memang..., waktu sebentar lagi memasuki waktu Ashar. Dia pun bernyanyi ringan. Dan... lagu yang dinyanyikannya..... Lagu religius???? Orang-orang benar-benar ndlongop menyaksikan tingkah anak itu. Hmmm...., dandanan boleh mirip kayak preman tetapi... hatinya ternyata...

Enjih atau Adi Pratama Bimakusumo, lahir dari pasangan suami-istri Rahmat Bimakusumo dan Lastri Endah Ningtyas. Ayahnya, Pak Rahmat, bekerja di Dinas Kepolisian. Sedangkan Ibunya, Bu lastri, merupakan Guru Kewarganegaraan di sebuah SMA Negeri ternama di mana... disitu Enjih juga bersekolah. O, ya..., kenapa kok Adi bisa dipanggil Enjih? Itu... karena... dulu waktu kecil, dia terbiasa bilang 'Enjih, Enjih' kalau diperintah Bapak-Ibunya.

Ayah Enjih cukup protektif pada ketiga anaknya (kedua adik Enjih juga laki-laki). Beliau sama sekali tidak mau kalau ketiga anaknya jadi seorang pemberontak dan suka seenaknya pada Orangtua. Karena itu, beliau menerapkan disiplin yang lumayan keras kepada ketiganya. Sampai-sampai, dulu waktu kecil, Enjih jadi ketakutan sendiri kalau berbuat salah sedikit.

Namun, sikap keras Bapaknya itu lama-kelamaan berkurang seiring anak-anaknya tumbuh besar. Paling-paling, kalau Enjih misalnya melanggar disiplin jam malamnya, dia akan disetrap di depan rumah, diceramahin macam-macam selama satu jam terus... baru dibolehin tidur. Nah..., Setelah mereka berdua masuk ke rumah, giliran Bapaknya yang diomelin Ibunya di dalam kamar. Karena..., Yah... biasa, Ibunya nggak setuju kalau Ayahnya terlalu 'parno' sama Enjih. Lagipula, Enjih 'kan laki-laki, beda dengan perempuan. Hmmm..., Bapaknya memang pengin banget punya anak perempuan sih...
(Lho..., apa hubungannya? (^___^"))

Sementara Orangtuanya sibuk bertengkar, Enjih masuk ke kamarnya tutup telinga dan.... tidur (^___^). Bagi dia... males banget kalau harus ngedengerin Ortu bertengkar. Toh..., ujung-ujungnya pasti Orangtuanya.... baikan lagi.

Enjih bersenandung ringan, menyanyikan lagu 'Taffakur'-nya opick. Dia kelihatan menghayati banget. Sampe-sampe, beberapa Bapak-bapak yang mau pergi ke Masjid geleng-geleng kepala. (^__^)

Rabu, 16 Februari 2011

Pengejar Tanpa Batas

"Setiap apa yang terjadi..., merupakan informasi yang patut direkam dan ditulis. Apa yang telah terjadi... adalah pembelajaran untuk masa depan yang lebih baik. Informasi... merupakan sesuatu yang penting dan berharga. Namun... terkadang.... dengan sedikit intrik dan kecerdikan, informasi itu bisa dirubah sesuai keinginan si pemegang informasi."

Rina mengutak-atik kamera barunya. Beberapa kali, ia megambil gambar di taman kota yang indah. Gadis itu sama sekali tak mempedulikan teriknya sinar matahari siang yang panas. Ia masih saja asyik mengambil beberapa gambar di taman itu. Sesekali, itu tersenyum dan tertawa melihat hasil jepretannya yang lucu atau kurang bagus.

"Aku... ingin menjadi jurnalis profesional."
***
Beberapa kali, Rina menekan tombol delete pada notebook hitamnya. Ia berpikir sejenak, kemudian menulis kembali mengenai keindahan taman kota. Hmmm..., Rina sedang menyelesaikan tulisannya. Gadis berambut ikal panjang dan dikuncir itu tengah mengerjakan hobinya di salah satu bangku taman yang ada di bawah pohon besar. Ia lalu mengambil sebuah gambar dari foto taman kota yang diambilnya. Dicarinya foto yang paling bagus dan ditempelkannya pada artikelnya.

Haaahh..., dia kelihatan puas dengan hasil karyanya ini. Dibacanya beberapa kali, pekerjaannya berulang-ulang sesudah disimpan dalam memori notebook.

"RRR...RRR...!!"
ponselnya bergetar ringan. Rina segera mengambil ponsel kecil yang ada di sampingnya itu.

"Halo..." sapanya. Kedua matanya masih terfokus pada layar komputer dan jari telunjuk tangan kanannya menekan tombol 'down' di notebook.

"Ah..., aku tak bisa ke sana sekarang, Yu," jawabnya. "Saat ini aku sedang menyelesaikan tulisanku. Kenapa kau tak menyuruh Budi saja untuk datang?"

Rina diam sejenak, mendengar jawaban diseberangnya. "Oh..., dia kena masalah lagi, ya?" ia mengangguk-angguk. Kemudian, menghela nafas panjang. "Kapan tuh anak bisa sadar kalau gaya nyentriknya waktu mengantar koran tuh kelak bisa benar-benar jadi 'masalah', ya..."

Suara di seberang telepon menanggapi kata-katanya. Ucapannya membuat Rina tertawa lepas. "Kau ini ada-ada saja, Bay. Kawan sendiri kau rutuki begitu."

"Iya... aku tahu kadang kau sebal dengan dia. Tapi... liat positifnya, deh. Budi tuh bukan tipikal orang yang pantang nyerah gitu aja." Rina terkekeh ringan mendengar Bayu menggerutu di seberang telepon.

"Ya, sudah. Nanti sore... kita semua berkumpul 'kan? Kita bahas masalah yang ada di tempat biasa. Bagaimana?" tawarnya.

Bayu mengiyakan di ujung telepon sana.

"Oke. Kalau begitu, tunggu nanti sore, ya," kata Rina sebelum menutup teleponnya.
"TUUUTT...!!"
Sambungan terputus.

Rina memasukkan ponselnya ke dalam tas. Ia lalu menekan tombol 'shut down' pada notebooknya. Setelah benda kecil itu mati, ia lalu memasukkan notebooknya ke dalam tas ransel hitamnya yang lumayan agak besar. Setelah itu, sambil membawa kameranya, gadis itu berlalu dari taman kota.

Jalan memang masih setapak. Jalurnya panjang tak tahu batasnya. Namun, aku selalu percaya... bahwa suatu saat ini... akan menemukan ujungnya. Aku akan menemukan sebuah titik... di mana aku bisa keluar dari tempat ini.

catatan 11: Nasibnya Negeri ini...

Mau dibawa ke mana... negara kita...
Jika kita sebagai warga...
saling cuek satu sama lain??

(nadanya mengikuti lagu 'mau di bawa ke mana hubungan kita')

Kemarin..., penyerangan di kompleks Ahmadiyah. Sekarang..., serangan di bantul Jawa Timur. Besok, rencana mau nyerang ke mana lagi? Sekalian aja, tuh... bagi orang-orang yang suka berantem, serang dulu tuh keluarga sendiri. 'kan keluarga lebih deket daripada orang luar. Bahasa kasarnya, bunuh orang terdekatmu dulu sebelum kamu bunuh orang lain! (Saya menulis ini karena saking jengkel dan marahnya dengan tindakan anarkis orang-orang itu).

Sejujurnya..., saya benci melihat kerusuhan atau permusuhan apalagi dengan konflik yang bernuansa Sara. Waduuh..., ambil langkah ke belakng terus ngacir aja deh daripada ikut-ikutan hal semacam itu. Kalau rakyat ini mudah sekali untuk diadu domba..., lantas... kapan kita bisa bareng-bareng membangun negara ini? Kalau dengan gampangnya 'orang lain' menghasud kita untuk saling bunuh satu sama lain..., benar-benar deh! Pantas aja, negara ini nggak maju-maju, lha wong rakyatnya juga nggak sehati buat mengembangkan negara ini.

Satu masalah belum selesai, masalah lain sudah datang. Belum masalah internal bangsa ini selesai, eh... ternyata kita juga punya masalah dengan negara lain dan hebatnya... posisi kita benar-benar lemah!!!

"PLAAAKKK...!!"
Serasa ditampar dengan sangat keras ketika membaca berita-berita di beberapa website tadi.

Sekarang ini..., sebegitu gampangnyakah bagi seseorang untuk membunuh orang lain? begitu gampangnyakah orang-orang membunuh dengan mengatasnamakan 'agama', 'suku', atau 'ras' tertentu??

Benar-benar sangat tragis dan memilukan. Saya, sebagai generasi muda, merasa prihatin dan ikut bingung dengan masalah yang menimpa negara ini terus-menerus. Yang ada dalam benak saya hanyalah, kenapa? kenapa? dan kenapa?

Ahk!! Jadi stress malah... (T___T"). Kawan-kawanku yang berbudiman dan memiliki hati yang luhur, marilah kita berdoa dan berusaha agar negara ini bisa berubah kelak (ke arah yang positif). Kebodohan harus dientaskan agar kawan-kawan kita yang lain tidak dibodohi dan ditindas sesuka hati.

-Salam-
Cahaya Senja


Link berita:
http://suar.okezone.com/read/2011/02/16/59/425220/pil-pahit-tki-dari-arab-saudi
http://suar.okezone.com/read/2011/02/15/59/424930/59/wibawa-pemerintah-yang-kian-pudar
http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2011/02/16/brk,20110216-313711,id.html
http://nasional.kompas.com/read/2011/02/15/22304926/MUI.Sesalkan.Penyerangan.Terhadap.Yapi

Senin, 14 Februari 2011

Semangat Cita-cita

Tak pernah sekalipun, aku membayangkan akan mendapatkan pekerjaan ini.

Seorang pemuda berumur delapan belas tahunan memakai jaket hitamnya. Kemudian, memakai sepatu hitamnya yang telah disemir kinclong. Ia mempersiapkan paginya dengan cermat dan tanpa keraguan sedikitpun.

Ini adalah pilihanku dan aku harus mempertanggungjawabkan apa yang kupilih.

Ia keluar dari dalam rumahnya dan melangkah menyusuri trotoar depan rumah dengan cepat. Matahari belum menyapa seluruh penduduk di perkotaan sehingga sebagian di antara mereka masih terlelap nyenyak di kamar masing-masing.

Tak ada keraguan yang harus kubebankan pada diri ini. Ia menyambar kendaraannya dengan cepat. Sebagai seorang agen... aku harus cermat dan teliti. Tak boleh ceroboh sama sekali dalam tugas ini. pemuda itu menyambar sebuah sepeda biru tua yang tergeletak di samping sebuah rumah kayu tua yang tampak ramai dan agak ribut. Ia lalu memakai kacamata normalnya. Dan...

"BUDIII!!!!! Jangan sekali-sekali pakai sepedaku...!!" sebuah suara terdengar melengking tinggi dari dalam rumah kayu tua. "Pakai sepeda yang merah-hitam aja!" suara itu kembali terdengar.

Ah..., baiklah..., Budi, pemuda berambut cepak yang kurus-kering hampir mirip seperti orang kekurangan gizi padahal dia sehat wal'afiat, mendengus pelan. Diletakkannya sepeda biru tua itu dan dituntunnya sepeda merah-hitam yang diparkir di samping sepeda biru tua. Ia lalu mengambil tas hitamnya yang sudah dipenuhi oleh koran-koran baru. Setelah itu, ia menaiki sepedanya dan mulai menggenjotnya dengan susah-payah (habisnya.... ban belakangnya agak kempes sih...).

Yah..., beginilah keseharian budi, jadi 'agen' loper koran yang tiap pagi nganterin koran ke tempat pelanggan. Dengan berbagai tehnik (dia terobsesi untuk menjadi intelijen), dia berusaha mengirimkn koran-koran itu dengan cara yang unik atau... bisa dikatakan oleh orang-orang.... Aneh!

Bagaimana bisa tidak dikatan aneh, lha wong ngelempar koran ke halaman orang saja... dia pakai macam-macam gaya. Kadang gaya batu (pake batu beneran yang dililitkan ke batu), yang menghasilkan... kaca pecah (-__-") sampai pemilik rumah komplain ke agen penyalur koran gara-gara ulah Budi. Apes bagi Budi..., dia... akhirnya potong gaji untuk membayar kerugian pelanggan.

Ada juga gaya seperti orang mau melakukan tembakan three point, bukanne korannya masuk ke halaman yang bener eh..., malah nimpuk anjing penjaga rumah nyampek dia dikejar-kejar keliling kompleks sama tuh anjing. Ada lagi gaya mengendap-endapnya (meniru gaya para intelijen yang serba diam-diam), sewaktu hampir selesai melaksanakan misinya (meletakkan koran di halaman pelanggan) lhah..., dianya malah disangka maling nyampe dikejar-kejar sama satpam kompleks rumah. Haduh... (^__^")

Sekalipun berbagai kejadian buruk menimpanya sewaktu melaksanakan tugas (nganterin koran) Budi tetap bersemangat untuk melaksanakan kegiatannya sekalipun bahaya menantang (dikejar anjing, dikejar satpam, sepedanya kepeleset, dll). Pemuda itu tetap bertekad untuk menjadi agen yang lebih terkenal lagi (Agen buku, agen air minum, agen listrik??) dengan gayanya yang nyentrik itu. Hmmm..., semangatnya berkoar untuk melaksanakan itu! Gara-gara keseringan nonton film tentang agen-agen itu... akhirnya... dia juga bercita-cita jadi agen juga.

-bingung-

harian 3: Penawaran bikin sakit ati

Pada suatu malam yang indah (cie... cie), saya keluar rumah. Ambil sepeda motor trus ngacir beli pulsa di counter. Setelah berputar-putar di dalam kota nyampek bersin-bersin mulu gara-gara hawa kota pantai yang dingin, aku pun berhenti di salah satu counter. Di sanam sambil nunggu pulsa masuk, iseng-iseng saya liat-liat hp yang ada di counter tersebut dan... iseng-iseng lagi... saya pun nanya harga pasaran hp saya kalau dijual. begini nih kira-kira percakapannya (seingatnya)...

Saya: "Mbak... kira-kira kalau hp saya dijual berapa, ya?" (iseng sambil nunjukin hp lama).
Mbaknya: (Ngeliat-liat hp saya sekaligus merknya). "Itu hp -sensor-, mbak?"
Saya: "Iya, mbak. Memang kenapa?"
Mbaknya: "Wah..., paling-paling kalau hp itu dijual, bisa belinya cuma 300 ribu, mbak." (terus terang, jujur, dan.... spontan).
"DOEEENGG...!!!"
Saya: (Tertegun, terpaku, nggak percaya- halah, lebay-) "Beneran, mbak? cuma laku 300 ribu?" (masih tidak percaya, pengin nangis rasanya kalau hp ane dihargai semurah itu).
Mbaknya: "Ehm..., 'kan bisa diliat-liat dulu, Mbak. Ntar kalau masih bagus ya bisa ditambah-tambahin sedikit."
Saya: (diam termangu. cuma bisa bilang, 'ohh...' dalam hati.)

hiks... hiks..., padahal... belinya enam kali lipat dari harga itu lha kok pas dijualnya harganya sudah jatuh, dibanting lagi!!
-Berpikir ulang untuk menjual hp dan beli hap baru.-
-Hmmm..., kenapa aku juga iseng nanya kayak gitu, ya??-

episode 10: Bangun Pemudi-Pemuda

Kebetulan... saya teringat dengan salah satu lagu nasional yang pernah yang nyanyikan di alun-alun kota saat upacara 17 agustus. (^__^). begini nih lagunya...

Bangun pemudi pemuda... Indonesia...
Tangan bajumu singsingkan untuk negara...
Masa yang akan datang... kewajibanmu lah...
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa...
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa...

Sudi tetap berusaha jujur dan ikhlas
Tak usah banyak bicara trus kerja keras
Hati teguh dan lurus pikir tetap jernih...
Bertingkah laku halus... hai putra negri...
Bertingkah laku halus... hai putra negri...

Selasa, 08 Februari 2011

harian 2 : riwayat es krim magnum

sudah berkali-kali, aku melihat iklan es krim di TV. Hem... Skeketep! Makin lama diliat, lha kok makin nggak nahan pengin belinya. Waah... Berbekal dengan berbagai cara -nggak ding- ane pun ngublek-ngublek hampir ke seluruh minimart yang ada di kota semarang. Sekian menit terbuang, hasilnya, NIHIL! Haaah..., bener-bener, deh, aku sampai geleng-geleng kepala. Membatin, 'sebenere, si pedagang es krim kuwi niat jualan po ora sih? Es krim sering di-iklanke lha kok barange ora ana. Marai ngiler wae.' (^_^")

akhirnya, pada suatu waktu, saya pun menemukan es krim itu. Kalian tahu di mana saya mendapatkan es krim itu? Aku menemukannya, di desa tempat ayahku lahir! Bukannya di kota, ane dapat es krim tu, eh, malah di desa pelosok ane dapatnya. *_*", benar-benar aneh sekaligus membingungkan.

Senin, 07 Februari 2011

harian 1: anak kecil jaman sekarang

bagaimana memulai catatan ini, ya? Ehm... Ah, ya, di suatu malam yg indah (leh... Padahal kalau malam, tempatku jadi sepi, sunyi). Pada waktu itu, sepupuku datang bersama keluarganya. Wah, rumah yg sepi pun jadi ramai. (lha jelas, to. Lha wong keponakanku ngajakin ribut melulu ma aku).

Saat itu, aku sedang sms-an sama sepupu yang lain. Nah, akhirnya terjadi dialog ini:
saya : 'wah si gatot nggak bisa dihubungi. Piye ki?'
kemudian keponakanku yang usianya baru 5 tahun menimpali begini : 'wah budhe pacaran sama gatot. Budhe pacaran sama gatot.'
ibu si bocah pun bertanya : 'memang kamu tau apa yg namanya pacaran? Emang kamu dah tau artinya suka?'
bocah itu cuma cengar-cengir aja ndenger pertanyaan ibunya.

Hemm... Anak kecil jaman sekarang memang deh. (-__-''). Pacar2an tapi nggak tau artinya sama sekali. Latah sama orang yang lebih besar dari mereka.

Senin, 31 Januari 2011

catatan 10: pergolakan politik dan kejahatan

ckckckck..., saya cuma bisa berdecak sambil geleng-geleng kepala sewaktu melihat berita di TV tentang demonstrasi masyarakat mesir yg menuntut presiden untuk turun. Jika dilihat-lihat, kejadian di mesir itu hampir sama dengan peristiwa reformasi, saat lengsernya Pak Harto.

Hem... Sejujurnya saya cukup merinding dengan pergolakan politik semacam itu. Apalagi, jika terjadi aksi kekerasan, penjarahan, pencurian, itu membuat rakyat makin ketakutan saja. Namun, siapakah yang tahan dengan kemiskinan jika pejabatnya kaya? KKN merebak, harga pangan tinggi? Masyarakat yg diam pun akan berontak jika ketidakadilan terasa makin melebar.

Amat sangat menyakitkan saat melihat para pejabat cuek bebek dengan kondisi masyarakatnya. NGENES TENAN!! Kalau mereka yg kita pilih justru berbalik menikam, mendzalimi kita sendiri.

Mencerca, merutuki para pejabat yg bertindak dzalim tentulah wajar di kalangan kita. Namun kawan-kawan, renungkanlah kata-kata ini sejenak. 'TIDAK ADA ASAP KALAU TAK ADA APINYA'

Tahukah kalian, kalau masyarakat kita sendiri saling mendzalimi satu sama lain? Ada pedagang menipu pembelinya. Ada orang yg berhutang, tak mau mengembalikan hutangnya. Ada orangtua yg memukuli anaknya sampai tewas(contoh ekstrim). Ada pem-bom-an yg membunuh orang yg tidak tahu apa-apa.

Kawan-kawan, aku tak bermaksud membela siapapun. Yang kuinginkan adalah perenungan pada diri kita masing-masing supaya kita menjadi orang yang lebih baik.

Kedzaliman sebagian pejabat sekarang ini, segala ke-egoisan mereka, merupakan cerminan dari sebagian rakyatnya yg egois dan suka berbuat semena-mena. Sungguh menyakitkan mengatakan hal ini tetapi kenyataannya memang begitu. Coba saja, lihatlah berita dan cobalah meresapi gejolak sosial apa yg tengah melanda masyarakat kita.

-salam kedamaian-
cahaya senja

Sabtu, 15 Januari 2011

catatan 9: Kehidupan orang...

Beberapa waktu yang lalu, ada sebuah acara televisi menarik yang disiarkan di channel -sensor-. Acara itu berisi mengenai wawancara tentang kehidupan wong cilik di Jakarta. Waktu itu, yang diwawancarai adalah seorang Nenek yang telah tinggal lama di kolong jembatan bersama cucunya yang masih balita.
Sejujurnya..., hati ini merasa miris ketika melihat kehidupan itu. Apalagi ketika melihat beliau sehari-harinya makan dengan nasi aking. Cucunya yang masih kecil pun disuapi dengan nasi aking itu. Padahal... anak-anak se-usia anak itu membutuhkan gizi yang cukup untuk pertumbuhannya. Tinggal seorang diri di sana, ditinggal anak dan menantunya. Sungguh mengagumkan, sampai sekarang beliau masih tetap kuat dan tegar. Jika aku menjadi seperti beliau..., rasanya... pikiran ini tentu sudah terbolak-balik tidak karuan menghadapi kesulitan hidup semacam itu.
Hati hanya bisa merasa kasihan. Ingin menolong..., tapi saya bisa menolong apa? Kuliah belum lulus, uang juga masih tergantung Orangtua. Hmmm..., hanya bisa berangan-angan..., seandainya saya kaya.....ckckckckck
Tapi, yang saya pikirkan..., kenapa kok sampai ada Nenek-nenek yang tinggal di kolong jembatan itu, ya? Kenapa banyak sekali masyarakat Indonesia yang kemiskinannya sungguh... membuat hati miris? Padahal..., di Indonesia banyak orang kaya...!! Di Indonesia..., banyak juga badan-badan amal dan lagi... dinas perpajakan juga!! Ini aneh! Ini aneh! Ada yang salah di tempat ini sampai bayi pun harus memakan nasi basi!
Sungguh..., benar-benar membuat hati miris...