Sabtu, 26 Februari 2011

Harian 4: Pasang Muka Badak...

Ini pengalaman saya sendiri. Yah... terang-terangan, ini pengalaman yang memalukan, setengah memalukan atau... tidak sama sekali? Hmmm... kurang tahulah. Biar kalian aja yang menilainya. Begini nih ceritanya...
Waktu itu... saya balik ke kos-an. Yah... setelah pulang kampung kira-kira 2 mingguan, saya balik ke sana buat ngurus sesuatu di kampus. Nah..., salah satu akomodasi saya untuk pergi ke kampus adalah sepeda motor. Hmm... jadi... setelah dua minggu ditinggal pergi, ceritanya nih motor ngambek. Dia mogok, kagak mau di-stater.
Sampe kaki saya pegel gara-gara ngayuh terus pedal motor ini pun, tuh motor tetep aja kagak mau hidup. Weleh..., benar-benar deh..., dalem hati saya cukup ngedumel dengan kondisi motor yang mogok. Padahal, saya benar-benar membutuhkan bantuan akomodasi motor ini.
Yah..., sudahlah. Akhirnya, saya terpaksa nuntun motor mogok ini ke bengkel yang jaraknya 1 kilometeran dari kos-an. Ya Allah Gusti..., sepanjang perjalanan ane diliatin ma orang-orang, bahkan ada juga yang sempet senyum-senyum melihat penderitaanku. (Kok beberapa orang Indonesia bawaannya seneng ya, kalau liat orang lain susah?). Sumpah...!! Aku bener-bener malu. Dalam hati aku ngomel, 'Ada orang lagi kesusahan + keberatan nuntun motor (soalnya jalan nuju bengkelnya tuh agak nanjak), lha kok malah diketawain. Bukannya nolongin, senyam-senyum. Coba kamu ada di posisi ane...?!'
Hmm..., akhirnya..., dengan susah-payah sampe kehausan, saya berhasil menuntun motor itu ke bengkel. Tapi yang jelas, ada beberapa hal yang saya dapat dari kejadian ini:
1. Kudu sering manasin motor supaya kagak mogok.
2. Jangan pernah ngetawain orang yang menderita (T___T") (Ane kagak mau kena karma kalau lagi susah diketawain orang).huhuhuhu..., nasib... nasib...

catatan 13: Asa yang tetap merekah

Sebelumnya, saya ingin mengatakan, tidak ada maksud sara dalam tulisan kali ini (^___^). Ehm..., kali ini... saya ingin menuliskan mengenai beberapa Ayat Al Qur'an yang saya sukai. (Tidak ada maksud untuk mengotak-ngotakkan Al Qur'an dan tidak menerima perdebatan mengenai apa yang saya tulis ini). Ada juga tafsiran satu Ayat Al Qur'an yang benar-benar membuat saya merasa harus pantang menyerah. Namun..., saya lupa akan Surah dan ayatnya. Sekalipun begitu..., ini... ada beberapa ayat yang intinya juga membesarkan hati kita sebagai umat muslim...
"Katakanlah, "Wahai hamba-hambaKu yang melampui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang." (Az-Zumar, ayat 53)
"Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina-dina." (Al-Mu'min, ayat 60)
"Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia." (An-Nas, ayat 1-6)
Setelah itu..., ada juga ayat yang menerangkan mengenai balasan amal masing-masing (^___^)
"Dan kemudian dikatakan kepada orang yang bertakwa, "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Kebaikan." Bagi orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (balasan) yang baik. Dan sesungguhnya negeri akhirat pasti lebih baik. Dan itulah yang sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa."
"(yaitu) surga-surga 'Adn yang mereka masuki, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam (surga) itu mereka mendapat segala apa yang diinginkan. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang yang bertakwa."
"(yaitu) orang yang ketika diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik. mereka (para malaikat) mengatakan (kepada mereka), "Salamun 'alaikum, masuklah ke dalam surga karena apa yang telah kamu kerjakan." (An-Nahl, ayat 30-32)

Sekian dari saya dulu. Saya hanyalah manusia biasa yang bisa salah dan lupa. Mohon maaf jika ada yang tidak berkenan di hati. Saya hanya ingin sharing sekalian dengan saudara-saudara semua. Semoga... tulisan yang kecil ini bermanfaat bagi saya maupun anda, saudara se-imanku. (^___^)

Assalammu'alaikum, Cahaya Senja

Sang Penjelajah Maya

"Huft..!!" Seorang pemuda berkacamata menghela nafas panjang setelah mematikan laptop hitamnya. "Browsing hampir setengah hari penuh ternyata melelahkan juga..." Ia berdiri dari tempatnya duduk dan menggerak-gerakkan badannya. Terdengar bunyi 'kretek-kretek' dari tulangnya.
"Hmmm..., sebentar lagi waktunya kumpul, ya?" ia menggumam lagi sewaktu melihat jam dinding dalam kamarnya. "Siap-siap dulu, ah..." Pemuda berambut pendek itu (Hemm..., memang kebanyakan anak sekolah berambut pendek 'kan? Kalau berambut panjang, bisa-bisa urusan ma BK (-__-") waduuh...).
Seekor kucing putih melompat dari atas kasurnya dan pergi keluar sewaktu melihat majikannya hendak pergi keluar. Edo sendiri ngeloyor keluar dari kamarnya dan pergi ke kamar mandi, bersiap-siap pergi ke rumah Bayu. Tak lama setelah mandi, dia pun memakai pakaian kesukaannya. T-shirt putih lengan pendek dipadukan dengan jaket yang mirip rompi warna biru tua serta celana panjang yang warnanya sama seperti warna rompinya.
Pemuda itu memakai kacamatanya lagi. Sesudah selesai berdandan (bukan dandan ala cewek), Edo mengambil laptopnya dan memasukkannya ke dalam tas ranselnya. Setelah itu, tanpa ba bi bu be bo..., bocah itu berpamitan pada Orangtuanya, ambil sepeda di garasi rumah trus ngeloyor pergi. Kerpergiannya itu disambut suara eongan Whiter, nama kucingnya, di teras rumah. Sepertinya..., tuh kucing kelihatan kagak rela ditinggalin ma majikannya. Jangan-jangan... Edo lupa mberi dia makan, ya?
Dengan hati riang dan gembira, Edo mengayuh sepeda birunya yang bermerk -sensor-. Haaahh..., sore ini terasa begitu menyenangkan bagi dia, entah kenapa. Rasanya perasaannya begitu ringan dan senang. Yah..., maklumlah..., seharian setelah berkutat dengan yang namanya laptop trus sekarang pergi main ke tempat temannya, dia merasa memiliki kehidupan lain. Hahahaha...., perlu diketahui Edo ini sangat suka sekali browsing komputer. Aslinya dia kagak tahu apa-apa tentang komputer atau yang berhubungan dengan itu. Hanya saja..., dia suka sekali membaca-mbaca artikel baru di internet. Bagi dia..., banyak membaca, banyak rejeki (^___^). Lho..., salah... maksudnya banyak ilmu...
Edo... memiliki nama lengkap Satria Edo Wibawa. Anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya perempuan dan adiknya laki-laki. Suka sekali membaca sampai-sampai kalau di meja makan pun dia bawa buku (Itu sering membuat Ibunya marmos karena Edo jadi lelet makannya). Sekelas dengan Bayu, Budi, Rina, Enjih, dan Lita. Keahliannya sangat banyak dari doyan ngabisin jajanan orang lain, tahan depan komputer seharian, nyampek bergaya ala silat-silat nggak jelas dia juga bisa. (^___^). Tapi yang jelas... keahlian utamanya adalah berpikir soalnya... dia doyan banget yang namanya mecahin masalah sampai-sampai kalau nggak bisa nyelesain masalah, dia bisa mecahin gelas minumannya karena nggak konsen makan ama minum.

Jumat, 18 Februari 2011

catatan 12: Indonesia

Indah nian tanah airku yang tercinta
Negeri elok nan subur
Di antara dua samudera besar nan kaya
Oleh Sang Kuasa Alam
Negeri ini dikaruniai banyak permata tak ternilai
Enggan tuk menutup mata
Sesak tak menghirup segarnya udara di tempat ini
Indah tuk dikenang
Alam yang tak bisa dilupakan
Penilai hati yang Maha Indah
Ungkap jiwa-jiwa kosong di negeri ini
Singkap penutup mereka
Agar mereka sadar dan bertobat
Ketuk hati mereka Sang Maha Indah...
Agar mereka kembali ke jalan yang benar

Kamis, 17 Februari 2011

Si Pengelana Bebas

Sesosok Pemuda kurus, jangkung, serta berambut pendek (di sekolah nggak boleh berambut panjang), tampak santai tiduran di bangku taman sambil mendengarkan musik lewat Headsetnya. Kaki kirinya yang berada di atas kaki kanan, menghentak-hentak di udara. Bibirnya mengikuti lirik dari musik yang didengarnya sementara kedua tangannya bergerak-gerak di udara, mengikuti irama musik.

Beberapa orang yang lewat dan... ada beberapa juga yang sedang nongkrong di taman kelurahan, memandang pemuda berjaket hijau dan bercelana panjang biru itu dengan pandangan aneh. Mereka merasa heran, ada juga orang 'se-pede' itu di wilayah publik macam ini. (hmmm..., memang sih..., (^___^") dia cuek bebek dengan lalu-lalang orang-orang di taman kelurahan). Gayanya mirip seperti anak bebas yang nggak punya sopan santun. Tapi, sebenarnya...

Ponselnya berdering ringan. Nada dering smsnya.... Assalammu'alaikumnya opick?? Beberapa orang melongo mendengar itu. Sebentar, sebentar, mereka ini nggak salah denger 'kan? Pendengaran mereka masih bagus 'kan? Lho... tapi anak seperti itu, kok... punya lagi religius macam itu?? beberapa orang saling berpandangan dengan heran. Ah...!! Tau deh...

From: Bayu
'Enjih..., ntar jadi lho..., dateng ke rumahku jam empat sore. Awas kalau kamu nggak dateng! Besok di sekolah bakal aku cekokin sama tempe gembus pesenanmu!'


Enjih atau yang memiliki nama asli Adi Pratama Bimakusumo, terkekeh ringan membaca sms dari sahabatnya, Bayu. Dengan segera, dia membalas sms Bayu.

From: Enjih
'Hahahaha..., jadi tempe gembus pesenanku jadi dibeliin, toh? Wah..., oke2, ntar abis sholat ashar aku ke sana, deh. ^__^
Thanks, Bayu sayang.'


Enjih tertawa-tawa sambil duduk di bangku taman. Ia yakin, sahabatnya ini pasti marah-marah gara-gara dipanggil 'sayang'. Bayu pasti jijay plus merinding dengan kata-katanya itu. Tak berapa lama ponselnya berdering lagi.

From: Bayu
'PREEETTT...!! Risih aku, kamu panggil sayang-sayang. Mending si Juwita yang manggil aku sayang. Masih toleran. Kalau kamu, Hiiiii..... sumpah! Jijay banget!'


Enjih tertawa terpingkal-pingkal membaca balasan dari kawannya sampai-sampai beberapa orang memandangnya aneh. Sinting kali nih bocah?? Setelah itu..., Enjih mengambil tas selempangnya dan memakai sepasang sepatunya yang... kayaknya sudah dekil. (-___-"). Hmmm..., Orangtuanya udah sering berkoar-koar supaya sepatu itu dibuang tapi, Enjih nggak mau membuangnya, alesannya, itu sepatu yang paling dia... kasihi??

Enjih beranjak dari tempatnya duduk, menuju Masjid kompleks rumahnya untuk sholat Ashar berjama'ah. Memang..., waktu sebentar lagi memasuki waktu Ashar. Dia pun bernyanyi ringan. Dan... lagu yang dinyanyikannya..... Lagu religius???? Orang-orang benar-benar ndlongop menyaksikan tingkah anak itu. Hmmm...., dandanan boleh mirip kayak preman tetapi... hatinya ternyata...

Enjih atau Adi Pratama Bimakusumo, lahir dari pasangan suami-istri Rahmat Bimakusumo dan Lastri Endah Ningtyas. Ayahnya, Pak Rahmat, bekerja di Dinas Kepolisian. Sedangkan Ibunya, Bu lastri, merupakan Guru Kewarganegaraan di sebuah SMA Negeri ternama di mana... disitu Enjih juga bersekolah. O, ya..., kenapa kok Adi bisa dipanggil Enjih? Itu... karena... dulu waktu kecil, dia terbiasa bilang 'Enjih, Enjih' kalau diperintah Bapak-Ibunya.

Ayah Enjih cukup protektif pada ketiga anaknya (kedua adik Enjih juga laki-laki). Beliau sama sekali tidak mau kalau ketiga anaknya jadi seorang pemberontak dan suka seenaknya pada Orangtua. Karena itu, beliau menerapkan disiplin yang lumayan keras kepada ketiganya. Sampai-sampai, dulu waktu kecil, Enjih jadi ketakutan sendiri kalau berbuat salah sedikit.

Namun, sikap keras Bapaknya itu lama-kelamaan berkurang seiring anak-anaknya tumbuh besar. Paling-paling, kalau Enjih misalnya melanggar disiplin jam malamnya, dia akan disetrap di depan rumah, diceramahin macam-macam selama satu jam terus... baru dibolehin tidur. Nah..., Setelah mereka berdua masuk ke rumah, giliran Bapaknya yang diomelin Ibunya di dalam kamar. Karena..., Yah... biasa, Ibunya nggak setuju kalau Ayahnya terlalu 'parno' sama Enjih. Lagipula, Enjih 'kan laki-laki, beda dengan perempuan. Hmmm..., Bapaknya memang pengin banget punya anak perempuan sih...
(Lho..., apa hubungannya? (^___^"))

Sementara Orangtuanya sibuk bertengkar, Enjih masuk ke kamarnya tutup telinga dan.... tidur (^___^). Bagi dia... males banget kalau harus ngedengerin Ortu bertengkar. Toh..., ujung-ujungnya pasti Orangtuanya.... baikan lagi.

Enjih bersenandung ringan, menyanyikan lagu 'Taffakur'-nya opick. Dia kelihatan menghayati banget. Sampe-sampe, beberapa Bapak-bapak yang mau pergi ke Masjid geleng-geleng kepala. (^__^)

Rabu, 16 Februari 2011

Pengejar Tanpa Batas

"Setiap apa yang terjadi..., merupakan informasi yang patut direkam dan ditulis. Apa yang telah terjadi... adalah pembelajaran untuk masa depan yang lebih baik. Informasi... merupakan sesuatu yang penting dan berharga. Namun... terkadang.... dengan sedikit intrik dan kecerdikan, informasi itu bisa dirubah sesuai keinginan si pemegang informasi."

Rina mengutak-atik kamera barunya. Beberapa kali, ia megambil gambar di taman kota yang indah. Gadis itu sama sekali tak mempedulikan teriknya sinar matahari siang yang panas. Ia masih saja asyik mengambil beberapa gambar di taman itu. Sesekali, itu tersenyum dan tertawa melihat hasil jepretannya yang lucu atau kurang bagus.

"Aku... ingin menjadi jurnalis profesional."
***
Beberapa kali, Rina menekan tombol delete pada notebook hitamnya. Ia berpikir sejenak, kemudian menulis kembali mengenai keindahan taman kota. Hmmm..., Rina sedang menyelesaikan tulisannya. Gadis berambut ikal panjang dan dikuncir itu tengah mengerjakan hobinya di salah satu bangku taman yang ada di bawah pohon besar. Ia lalu mengambil sebuah gambar dari foto taman kota yang diambilnya. Dicarinya foto yang paling bagus dan ditempelkannya pada artikelnya.

Haaahh..., dia kelihatan puas dengan hasil karyanya ini. Dibacanya beberapa kali, pekerjaannya berulang-ulang sesudah disimpan dalam memori notebook.

"RRR...RRR...!!"
ponselnya bergetar ringan. Rina segera mengambil ponsel kecil yang ada di sampingnya itu.

"Halo..." sapanya. Kedua matanya masih terfokus pada layar komputer dan jari telunjuk tangan kanannya menekan tombol 'down' di notebook.

"Ah..., aku tak bisa ke sana sekarang, Yu," jawabnya. "Saat ini aku sedang menyelesaikan tulisanku. Kenapa kau tak menyuruh Budi saja untuk datang?"

Rina diam sejenak, mendengar jawaban diseberangnya. "Oh..., dia kena masalah lagi, ya?" ia mengangguk-angguk. Kemudian, menghela nafas panjang. "Kapan tuh anak bisa sadar kalau gaya nyentriknya waktu mengantar koran tuh kelak bisa benar-benar jadi 'masalah', ya..."

Suara di seberang telepon menanggapi kata-katanya. Ucapannya membuat Rina tertawa lepas. "Kau ini ada-ada saja, Bay. Kawan sendiri kau rutuki begitu."

"Iya... aku tahu kadang kau sebal dengan dia. Tapi... liat positifnya, deh. Budi tuh bukan tipikal orang yang pantang nyerah gitu aja." Rina terkekeh ringan mendengar Bayu menggerutu di seberang telepon.

"Ya, sudah. Nanti sore... kita semua berkumpul 'kan? Kita bahas masalah yang ada di tempat biasa. Bagaimana?" tawarnya.

Bayu mengiyakan di ujung telepon sana.

"Oke. Kalau begitu, tunggu nanti sore, ya," kata Rina sebelum menutup teleponnya.
"TUUUTT...!!"
Sambungan terputus.

Rina memasukkan ponselnya ke dalam tas. Ia lalu menekan tombol 'shut down' pada notebooknya. Setelah benda kecil itu mati, ia lalu memasukkan notebooknya ke dalam tas ransel hitamnya yang lumayan agak besar. Setelah itu, sambil membawa kameranya, gadis itu berlalu dari taman kota.

Jalan memang masih setapak. Jalurnya panjang tak tahu batasnya. Namun, aku selalu percaya... bahwa suatu saat ini... akan menemukan ujungnya. Aku akan menemukan sebuah titik... di mana aku bisa keluar dari tempat ini.

catatan 11: Nasibnya Negeri ini...

Mau dibawa ke mana... negara kita...
Jika kita sebagai warga...
saling cuek satu sama lain??

(nadanya mengikuti lagu 'mau di bawa ke mana hubungan kita')

Kemarin..., penyerangan di kompleks Ahmadiyah. Sekarang..., serangan di bantul Jawa Timur. Besok, rencana mau nyerang ke mana lagi? Sekalian aja, tuh... bagi orang-orang yang suka berantem, serang dulu tuh keluarga sendiri. 'kan keluarga lebih deket daripada orang luar. Bahasa kasarnya, bunuh orang terdekatmu dulu sebelum kamu bunuh orang lain! (Saya menulis ini karena saking jengkel dan marahnya dengan tindakan anarkis orang-orang itu).

Sejujurnya..., saya benci melihat kerusuhan atau permusuhan apalagi dengan konflik yang bernuansa Sara. Waduuh..., ambil langkah ke belakng terus ngacir aja deh daripada ikut-ikutan hal semacam itu. Kalau rakyat ini mudah sekali untuk diadu domba..., lantas... kapan kita bisa bareng-bareng membangun negara ini? Kalau dengan gampangnya 'orang lain' menghasud kita untuk saling bunuh satu sama lain..., benar-benar deh! Pantas aja, negara ini nggak maju-maju, lha wong rakyatnya juga nggak sehati buat mengembangkan negara ini.

Satu masalah belum selesai, masalah lain sudah datang. Belum masalah internal bangsa ini selesai, eh... ternyata kita juga punya masalah dengan negara lain dan hebatnya... posisi kita benar-benar lemah!!!

"PLAAAKKK...!!"
Serasa ditampar dengan sangat keras ketika membaca berita-berita di beberapa website tadi.

Sekarang ini..., sebegitu gampangnyakah bagi seseorang untuk membunuh orang lain? begitu gampangnyakah orang-orang membunuh dengan mengatasnamakan 'agama', 'suku', atau 'ras' tertentu??

Benar-benar sangat tragis dan memilukan. Saya, sebagai generasi muda, merasa prihatin dan ikut bingung dengan masalah yang menimpa negara ini terus-menerus. Yang ada dalam benak saya hanyalah, kenapa? kenapa? dan kenapa?

Ahk!! Jadi stress malah... (T___T"). Kawan-kawanku yang berbudiman dan memiliki hati yang luhur, marilah kita berdoa dan berusaha agar negara ini bisa berubah kelak (ke arah yang positif). Kebodohan harus dientaskan agar kawan-kawan kita yang lain tidak dibodohi dan ditindas sesuka hati.

-Salam-
Cahaya Senja


Link berita:
http://suar.okezone.com/read/2011/02/16/59/425220/pil-pahit-tki-dari-arab-saudi
http://suar.okezone.com/read/2011/02/15/59/424930/59/wibawa-pemerintah-yang-kian-pudar
http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2011/02/16/brk,20110216-313711,id.html
http://nasional.kompas.com/read/2011/02/15/22304926/MUI.Sesalkan.Penyerangan.Terhadap.Yapi

Senin, 14 Februari 2011

Semangat Cita-cita

Tak pernah sekalipun, aku membayangkan akan mendapatkan pekerjaan ini.

Seorang pemuda berumur delapan belas tahunan memakai jaket hitamnya. Kemudian, memakai sepatu hitamnya yang telah disemir kinclong. Ia mempersiapkan paginya dengan cermat dan tanpa keraguan sedikitpun.

Ini adalah pilihanku dan aku harus mempertanggungjawabkan apa yang kupilih.

Ia keluar dari dalam rumahnya dan melangkah menyusuri trotoar depan rumah dengan cepat. Matahari belum menyapa seluruh penduduk di perkotaan sehingga sebagian di antara mereka masih terlelap nyenyak di kamar masing-masing.

Tak ada keraguan yang harus kubebankan pada diri ini. Ia menyambar kendaraannya dengan cepat. Sebagai seorang agen... aku harus cermat dan teliti. Tak boleh ceroboh sama sekali dalam tugas ini. pemuda itu menyambar sebuah sepeda biru tua yang tergeletak di samping sebuah rumah kayu tua yang tampak ramai dan agak ribut. Ia lalu memakai kacamata normalnya. Dan...

"BUDIII!!!!! Jangan sekali-sekali pakai sepedaku...!!" sebuah suara terdengar melengking tinggi dari dalam rumah kayu tua. "Pakai sepeda yang merah-hitam aja!" suara itu kembali terdengar.

Ah..., baiklah..., Budi, pemuda berambut cepak yang kurus-kering hampir mirip seperti orang kekurangan gizi padahal dia sehat wal'afiat, mendengus pelan. Diletakkannya sepeda biru tua itu dan dituntunnya sepeda merah-hitam yang diparkir di samping sepeda biru tua. Ia lalu mengambil tas hitamnya yang sudah dipenuhi oleh koran-koran baru. Setelah itu, ia menaiki sepedanya dan mulai menggenjotnya dengan susah-payah (habisnya.... ban belakangnya agak kempes sih...).

Yah..., beginilah keseharian budi, jadi 'agen' loper koran yang tiap pagi nganterin koran ke tempat pelanggan. Dengan berbagai tehnik (dia terobsesi untuk menjadi intelijen), dia berusaha mengirimkn koran-koran itu dengan cara yang unik atau... bisa dikatakan oleh orang-orang.... Aneh!

Bagaimana bisa tidak dikatan aneh, lha wong ngelempar koran ke halaman orang saja... dia pakai macam-macam gaya. Kadang gaya batu (pake batu beneran yang dililitkan ke batu), yang menghasilkan... kaca pecah (-__-") sampai pemilik rumah komplain ke agen penyalur koran gara-gara ulah Budi. Apes bagi Budi..., dia... akhirnya potong gaji untuk membayar kerugian pelanggan.

Ada juga gaya seperti orang mau melakukan tembakan three point, bukanne korannya masuk ke halaman yang bener eh..., malah nimpuk anjing penjaga rumah nyampek dia dikejar-kejar keliling kompleks sama tuh anjing. Ada lagi gaya mengendap-endapnya (meniru gaya para intelijen yang serba diam-diam), sewaktu hampir selesai melaksanakan misinya (meletakkan koran di halaman pelanggan) lhah..., dianya malah disangka maling nyampe dikejar-kejar sama satpam kompleks rumah. Haduh... (^__^")

Sekalipun berbagai kejadian buruk menimpanya sewaktu melaksanakan tugas (nganterin koran) Budi tetap bersemangat untuk melaksanakan kegiatannya sekalipun bahaya menantang (dikejar anjing, dikejar satpam, sepedanya kepeleset, dll). Pemuda itu tetap bertekad untuk menjadi agen yang lebih terkenal lagi (Agen buku, agen air minum, agen listrik??) dengan gayanya yang nyentrik itu. Hmmm..., semangatnya berkoar untuk melaksanakan itu! Gara-gara keseringan nonton film tentang agen-agen itu... akhirnya... dia juga bercita-cita jadi agen juga.

-bingung-

harian 3: Penawaran bikin sakit ati

Pada suatu malam yang indah (cie... cie), saya keluar rumah. Ambil sepeda motor trus ngacir beli pulsa di counter. Setelah berputar-putar di dalam kota nyampek bersin-bersin mulu gara-gara hawa kota pantai yang dingin, aku pun berhenti di salah satu counter. Di sanam sambil nunggu pulsa masuk, iseng-iseng saya liat-liat hp yang ada di counter tersebut dan... iseng-iseng lagi... saya pun nanya harga pasaran hp saya kalau dijual. begini nih kira-kira percakapannya (seingatnya)...

Saya: "Mbak... kira-kira kalau hp saya dijual berapa, ya?" (iseng sambil nunjukin hp lama).
Mbaknya: (Ngeliat-liat hp saya sekaligus merknya). "Itu hp -sensor-, mbak?"
Saya: "Iya, mbak. Memang kenapa?"
Mbaknya: "Wah..., paling-paling kalau hp itu dijual, bisa belinya cuma 300 ribu, mbak." (terus terang, jujur, dan.... spontan).
"DOEEENGG...!!!"
Saya: (Tertegun, terpaku, nggak percaya- halah, lebay-) "Beneran, mbak? cuma laku 300 ribu?" (masih tidak percaya, pengin nangis rasanya kalau hp ane dihargai semurah itu).
Mbaknya: "Ehm..., 'kan bisa diliat-liat dulu, Mbak. Ntar kalau masih bagus ya bisa ditambah-tambahin sedikit."
Saya: (diam termangu. cuma bisa bilang, 'ohh...' dalam hati.)

hiks... hiks..., padahal... belinya enam kali lipat dari harga itu lha kok pas dijualnya harganya sudah jatuh, dibanting lagi!!
-Berpikir ulang untuk menjual hp dan beli hap baru.-
-Hmmm..., kenapa aku juga iseng nanya kayak gitu, ya??-

episode 10: Bangun Pemudi-Pemuda

Kebetulan... saya teringat dengan salah satu lagu nasional yang pernah yang nyanyikan di alun-alun kota saat upacara 17 agustus. (^__^). begini nih lagunya...

Bangun pemudi pemuda... Indonesia...
Tangan bajumu singsingkan untuk negara...
Masa yang akan datang... kewajibanmu lah...
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa...
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa...

Sudi tetap berusaha jujur dan ikhlas
Tak usah banyak bicara trus kerja keras
Hati teguh dan lurus pikir tetap jernih...
Bertingkah laku halus... hai putra negri...
Bertingkah laku halus... hai putra negri...

Selasa, 08 Februari 2011

harian 2 : riwayat es krim magnum

sudah berkali-kali, aku melihat iklan es krim di TV. Hem... Skeketep! Makin lama diliat, lha kok makin nggak nahan pengin belinya. Waah... Berbekal dengan berbagai cara -nggak ding- ane pun ngublek-ngublek hampir ke seluruh minimart yang ada di kota semarang. Sekian menit terbuang, hasilnya, NIHIL! Haaah..., bener-bener, deh, aku sampai geleng-geleng kepala. Membatin, 'sebenere, si pedagang es krim kuwi niat jualan po ora sih? Es krim sering di-iklanke lha kok barange ora ana. Marai ngiler wae.' (^_^")

akhirnya, pada suatu waktu, saya pun menemukan es krim itu. Kalian tahu di mana saya mendapatkan es krim itu? Aku menemukannya, di desa tempat ayahku lahir! Bukannya di kota, ane dapat es krim tu, eh, malah di desa pelosok ane dapatnya. *_*", benar-benar aneh sekaligus membingungkan.

Senin, 07 Februari 2011

harian 1: anak kecil jaman sekarang

bagaimana memulai catatan ini, ya? Ehm... Ah, ya, di suatu malam yg indah (leh... Padahal kalau malam, tempatku jadi sepi, sunyi). Pada waktu itu, sepupuku datang bersama keluarganya. Wah, rumah yg sepi pun jadi ramai. (lha jelas, to. Lha wong keponakanku ngajakin ribut melulu ma aku).

Saat itu, aku sedang sms-an sama sepupu yang lain. Nah, akhirnya terjadi dialog ini:
saya : 'wah si gatot nggak bisa dihubungi. Piye ki?'
kemudian keponakanku yang usianya baru 5 tahun menimpali begini : 'wah budhe pacaran sama gatot. Budhe pacaran sama gatot.'
ibu si bocah pun bertanya : 'memang kamu tau apa yg namanya pacaran? Emang kamu dah tau artinya suka?'
bocah itu cuma cengar-cengir aja ndenger pertanyaan ibunya.

Hemm... Anak kecil jaman sekarang memang deh. (-__-''). Pacar2an tapi nggak tau artinya sama sekali. Latah sama orang yang lebih besar dari mereka.