Minggu, 13 Januari 2013

Kenalan Yuk! - Naga Hitam


Apa keputusannya tepat? Bocah laki-laki berusia sembilan tahun itu diam termangu di tengah hutan kecil yang ada di sisi lain wilayah Da’anrha Utara. Sengaja dia membolos dari Akademi. Selain karena tidak ingin diejek oleh kawan-kawannya karena Ayahnya telah menikah lagi, dia juga ingin mencoba sebuah benda kecil pemberian Ayahnya dulu.

Anak itu mengambil sesuatu dari saku celananya. Ia menatap benda itu, sebuah batu kristal cantik berwarna hitam bening. Jika kristal itu didekatkan pada cahaya, maka cahaya bisa menembusnya, membuat benda itu mudah diterawang. Si bocah duduk di atas rerumputan. Ia mengamati batu kristal ini. Angin berhembus kencang, memainkan helaian rambut hitamnya yang pendek dan menggerakkan dahan-dahan pohon di sekitarnya, menimbulkan suara gemerisik yang ramai.

Tatapannya terlihat agak ragu ketika hendak menggenggam batu kristal ini. Namun, kemudian dia menggenggamnya sambil memejamkan kedua matanya. Kehangatan itu mulai terpancar dalam genggamannya yang kecil. Bocah itu berusaha berkonsentrasi seperti apa yang telah diajarkan Ayahnya dulu. Gigi-geliginya bergemelutuk saat dia berusaha mencapai alam sang pemanggil.

“DEG...!!!”
Jantungnya berdegup keras ketika sekelebat bayangan hitam melintas dalam pikirannya. Kedua matanya membelalak lebar sementara nafasnya memburu. Xiesht menatap batu kristal itu, ngeri.

“Tidak...” ia menggeleng pelan dengan sorot mata ketakutan. “Tidak mungkin kalau aku...” Kedua tangannya gemetaran. Xiesht cepat-cepat menyimpan batu kristal itu ke dalam tasnya.
Ia merasakan ketakutan ketika mencoba menggapai pemanggilnya. “Aku tidak mau...” gumamnya lirih dengan tubuh menggigil. “Aku tidak mau seperti Ayahku.” Isaknya.

***

Malam menjelang. Xiesht kecil sudah masuk ke dalam kamarnya lebih dulu, sebelum kepala pelayan memintanya untuk tidur. Anak itu berbaring di atas tempat tidurnya. Ia kembali menatap batu kristalnya. Kristal ini... adalah kristal Naga. Kristal yang tidak bisa didapat oleh sembarang orang. Ayahnya mendapatkan batu kristal ini secara khusus dan memintanya... untuk mulai belajar memanggil Naga.

Tidak! Xiesht mengatupkan rahangnya. Kegeraman terlihat di sorot matanya. Ia tidak akan menjadi pengendali Naga! Dia tidak mau jadi pengendali Naga!
Xiesht meletakkan batu itu di atas meja kecil samping tempat tidurnya. Ia berbalik, membelakangi batu itu dan memejamkan kedua matanya, tidur.

***
Di mana ini? Xiesht mematung di tempatnya berdiri ketika mendapati dirinya berada di suatu tempat yang gelap dan dingin. Ia menoleh ke sana kemari tetapi tak mendapati apapun selain dirinya sendiri.

“Selamat datang,” sebuah suara yang berat terdengar menggema di tempat itu, membuat Xiesht bergidik ngeri.

“Siapa kau?!” serunya sambil menoleh ke sana-kemari, mencari sosok pemilik suara itu.

Sebuah bayangan mewujud, membentuk sosok besar bermata merah menyala dengan tubuh terikat rantai. Tatapannya tampak garang ke arah anak itu. Tubuh Xiesht menegang kaku melihat wujud hitam besar yang belum membentuk badannya dengan pasti ini. Tubuh kecilnya gemetar pelan saat kepala sosok itu menjulur ke arahnya.

“Si...Siapa kau?” tanyanya ketakutan.

Sosok itu diam sejenak. Kemudian dia mendengus, menahan tawanya ketika merasakan ketakutan dari arah Xiesht. “Apa aku membuatmu takut?” tanyanya setengah mengejek.

Xiesht menelan ludah, diam.

“Bagaimana kau tidak mengenaliku padahal suara kita sudah saling bersahutan?” mata merahnya mengarah pada Xiesht. Tatapannya yang liar membuat nyali anak itu ciut.

“Kau... Kau Naga?” Xiesht membelalak, menatapnya tak percaya.

“Kau kira aku apa? Setan?” Bayangan Naga itu tertawa geli.

“Apa yang kau inginkan dariku?!” bentak Xiesht, menyembunyikan kegugupannya.

“Apa ya?” Naga itu memiringkan kepala, pura-pura berpikir. “Kau pikir, apa yang kuinginkan darimu di tempat seperti ini?” tanyanya dingin.

Xiesht menatap sekelilingnya yang kosong. Tempat ini terasa hampa dan... menyeramkan. Kemudian, tatapannya tertuju pada rantai yang membelit si Naga.

“Kebebasan.” Satu kata dari mulut Naga itu membuat Xiesht diam terpaku.

Kebebasan bagi si Naga tetapi, dirinya yang akan terbelenggu dalam perjanjian. Ayahnya... pernah mengatakan tentang hal ini. Namun, satu lagi pertukaran dari Naga itu adalah... Dia akan mendapat kekuatannya. Kekuatan elemental yang besar!

“Kau tertarik, bocah?” Naga itu menyeringai melihat perubahan wajah Xiesht.

“Namaku bukan bocah, namaku Xiesht!” seru Xiesht kesal. “Xiesht Erast Hast, putra calon Jendral Da’anrha Selatan!”

Sang Naga terkekeh mendengar kemarahannya. Sepertinya dia mendapat majikan yang menarik.

“Siapa namamu?” Xiesht menatapnya.

“Itu adalah tugasmu, Xiesht,” Naga itu membungkuk. “Memberiku nama adalah tugasmu.”

Xiesht terdiam, berpikir. Ia lalu menatap Naga itu mantap. “Aku memberimu nama... Gray!”

Sang Naga menarik nafas dalam-dalam, merasakan jalinan kekuatan merasuki tubuhnya saat namanya ditetapkan. Rantai yang membelit tubuhnya melonggar. Kekuatannya perlahan-lahan menyebar. Kedua matanya berubah menjadi kelabu dan menatap Xiesht ramah. “Salam... Tuanku.” Senyumnya mengembang.

5 komentar:

  1. nama2nya bikin lidah keseleo deh :o
    kupikir Xiesht akan memberi nama naga itu... Bonar..
    *dikeplak*

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha...

      Sengaja bikin nama supaya lidah keseleo, supaya mas iwan cadel ngomongnya *ketawa setan*

      Naga bonar udah sering mas, makanya bikin yang lain :p

      Hapus
  2. din... setahuku yang namanya ff ini nggak boleh fantasy lho hehe coba cek homepagenya deh ^,^

    BalasHapus
  3. eeehhh boleh ding.. boleh.. hahaha maaappp... *kabuuurrr*
    berarti waktu itu aku salah baca hehehe... ayo din, challenge diri kamu untuk bikin genre cerita yang lain... :D

    BalasHapus