Rabu, 15 September 2010

Catatan 4: desa yang berubah menjadi kota

Desa..., sebuah tempat yang selalu diidentikkan dengan ketenangan, sepi, serta 'keluguan'. Daerah di mana belum banyak gedung, kendaraan, serta berbagai fasilitas canggih. Namun, dengan segala kekurangannya, desa menjadi pilihan alternatif bagi orang-orang kota untuk kembali menyegarkan pikirannya yang suntuk akibat tekanan hidup di daerah-daerah besar, semisal Jakarta atau mungkin... Bandung atau... yang lainnya.
Tiap orang memiliki tempat kembalinya sendiri-sendiri, di mana mereka merasa nyaman berada di tempat tersebut. Jauh dari kebisingan dan hingar-bingar tekanan dunia yang mencekik leher. Mereka berkumpul bersama sanak keluarga yang telah lama tidak dijumpai. Suka duka pun muncul saat bertemu dengan saudara-saudara dari berbagai tempat. Saling berjabat-tangan dan tersenyum, kemudian bercerita sesaat untuk menumpahkan rasa rindu. Apalagi jika Orangtua yang disayangi masih hidup, tentulah kegembiraan bersama saudara-saudara akan semakin bertambah lengkap.
Berkumpul bersama keluarga memang menyenangkan sekalipun ada juga yang 'marah-marahan' dengan keluarganya sendiri. Namun saling menjaga tali silaturahim dan memupuk rasa persaudaraan memang ditekankan dalam pendidikan agama. Sekalipun banyak orang yang tanpa sadar telah memutus tali silaturahim, tetapi, banyak pula orang yang tanpa sadar menjadi penyambung tali itu. Semakin banyak saudara yang berjabat tangan dengan kita semoga... semakin banyak pula rejeki yang mengalir untuk kita...

Salam kedamaian,
^__^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar