Rabu, 29 September 2010

catatan 5 : Senja di kalangan masyarakat

Setiap jam 7 pagi, saya bersiap-siap berangkat kuliah. Selesai berbenah dan memakai sepatu, ambil tas, kunci motor terus ngelurin motor dari garasi. Hem..., kebetulan, saya kos di daerah perumahan dekat sebuah Universitas Negeri terkenal di jawa Tengah, sayangnya... saya nggak bisa masuk ke Universitas itu dan malah numpang lewat terus di depan kampus itu (hihihihi, (^__^)).
Sebagai seorang mahasiswa yang sering berada di rumah, kadang-kadang saya bersama mbak-mbak kost-an pergi plesiran di sekitar kota tercinta kami yang kalau siang hari, panasnya minta ampun. Yah..., biasa, hanya berbekal sepeda motor, menyusuri jalanan di ibukota provinsi jawa Tengah. Liat kiri-kanan, gedung-gedung bertingkat, hotel yang sering dilihat tiap pagi (sampai eneg rasanya gara-gara ngeliatin pemandangan yang itu-itu melulu). Kadanga..., sampai saat ini pun, kalau lihat gedung bertingkat atau rumah bertingkat yang bagus, saya langsung merasa takjub sampai geleng-geleng kepala (ih..., ndeso banget, ya).
Hahaha..., maklumlah, jatah makan masih dipasok oleh Orangtua, jadinya, kalau melihat beberapa mobil mewah lewat atau rumah-rumah yang bagus, yang muncul dalam benak saya adalah 'ckckck..., gimana caranya bisa seperti itu, ya?'. Ah..., saya malah jadi merasa malu sendiri. Tolong jangan diketawain ya (-__-"). Hmm..., satu hal yang membuat saya geleng-geleng kepala lagi adalah bahwa di depan rumah mewah dan bagus itu, ada juga sebuah rumah tapi, tidka sebesar dan sebagus rumah di depannya. Rumah itu kecil dan kelihatan kotor. Bangunannya pun sungguh.... (nggak tega saya menuliskannya).
Padahal... di Indonesia ini, banyak sekali orang kayanya. Ya iyalah, coba lihat tingkat konsumsi kita terhadap barang-barang dagangan, pasti juara deh! Ya..., kata orang-orang, Indonesia memang strategis sebagai tempat menjual barang dagangan, karena apa? Karena masyarakatnya konsumtif. Tapi, bukan masalah ini yang ingin saya utarakan. Namun, masalah antara si miskin dan si kaya. Bukan masalah yang terlalu berat tetapi hanya sebuah pertanyaan saja.
Penduduk Indonesia banyak, yang kaya banyak, yang miskin apalagi. Zakat, sadaqah, pajak, juga banyak. Lantas..., mengapa masih ada 'banyak' orang miskin di tempat kita? Kalau begini, pantaskah jika banyak 'cinderella-cinderella' di pinggir desa yang ingin disunting oleh 'pangeran-pangeran' kota besar karena desakan ekonomi? (Lho..., pertanyaan ini nyambung nggak ya (^__^"), hehehe...).

Salam
-Cahaya Senja-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar