Senin, 14 Februari 2011

Semangat Cita-cita

Tak pernah sekalipun, aku membayangkan akan mendapatkan pekerjaan ini.

Seorang pemuda berumur delapan belas tahunan memakai jaket hitamnya. Kemudian, memakai sepatu hitamnya yang telah disemir kinclong. Ia mempersiapkan paginya dengan cermat dan tanpa keraguan sedikitpun.

Ini adalah pilihanku dan aku harus mempertanggungjawabkan apa yang kupilih.

Ia keluar dari dalam rumahnya dan melangkah menyusuri trotoar depan rumah dengan cepat. Matahari belum menyapa seluruh penduduk di perkotaan sehingga sebagian di antara mereka masih terlelap nyenyak di kamar masing-masing.

Tak ada keraguan yang harus kubebankan pada diri ini. Ia menyambar kendaraannya dengan cepat. Sebagai seorang agen... aku harus cermat dan teliti. Tak boleh ceroboh sama sekali dalam tugas ini. pemuda itu menyambar sebuah sepeda biru tua yang tergeletak di samping sebuah rumah kayu tua yang tampak ramai dan agak ribut. Ia lalu memakai kacamata normalnya. Dan...

"BUDIII!!!!! Jangan sekali-sekali pakai sepedaku...!!" sebuah suara terdengar melengking tinggi dari dalam rumah kayu tua. "Pakai sepeda yang merah-hitam aja!" suara itu kembali terdengar.

Ah..., baiklah..., Budi, pemuda berambut cepak yang kurus-kering hampir mirip seperti orang kekurangan gizi padahal dia sehat wal'afiat, mendengus pelan. Diletakkannya sepeda biru tua itu dan dituntunnya sepeda merah-hitam yang diparkir di samping sepeda biru tua. Ia lalu mengambil tas hitamnya yang sudah dipenuhi oleh koran-koran baru. Setelah itu, ia menaiki sepedanya dan mulai menggenjotnya dengan susah-payah (habisnya.... ban belakangnya agak kempes sih...).

Yah..., beginilah keseharian budi, jadi 'agen' loper koran yang tiap pagi nganterin koran ke tempat pelanggan. Dengan berbagai tehnik (dia terobsesi untuk menjadi intelijen), dia berusaha mengirimkn koran-koran itu dengan cara yang unik atau... bisa dikatakan oleh orang-orang.... Aneh!

Bagaimana bisa tidak dikatan aneh, lha wong ngelempar koran ke halaman orang saja... dia pakai macam-macam gaya. Kadang gaya batu (pake batu beneran yang dililitkan ke batu), yang menghasilkan... kaca pecah (-__-") sampai pemilik rumah komplain ke agen penyalur koran gara-gara ulah Budi. Apes bagi Budi..., dia... akhirnya potong gaji untuk membayar kerugian pelanggan.

Ada juga gaya seperti orang mau melakukan tembakan three point, bukanne korannya masuk ke halaman yang bener eh..., malah nimpuk anjing penjaga rumah nyampek dia dikejar-kejar keliling kompleks sama tuh anjing. Ada lagi gaya mengendap-endapnya (meniru gaya para intelijen yang serba diam-diam), sewaktu hampir selesai melaksanakan misinya (meletakkan koran di halaman pelanggan) lhah..., dianya malah disangka maling nyampe dikejar-kejar sama satpam kompleks rumah. Haduh... (^__^")

Sekalipun berbagai kejadian buruk menimpanya sewaktu melaksanakan tugas (nganterin koran) Budi tetap bersemangat untuk melaksanakan kegiatannya sekalipun bahaya menantang (dikejar anjing, dikejar satpam, sepedanya kepeleset, dll). Pemuda itu tetap bertekad untuk menjadi agen yang lebih terkenal lagi (Agen buku, agen air minum, agen listrik??) dengan gayanya yang nyentrik itu. Hmmm..., semangatnya berkoar untuk melaksanakan itu! Gara-gara keseringan nonton film tentang agen-agen itu... akhirnya... dia juga bercita-cita jadi agen juga.

-bingung-

1 komentar:

  1. jangan pernah terhalang denga keterbatasan,,,punya semangat yang tinggi jalanin aja terus,,,

    BalasHapus